Catatan Dari Rapat Kerja Kesehatan Daerah 2023: “Transformasi Kesehatan Untuk Penguatan Pilar Pembangunan Manusia”

Pembangunan manusia yang berkualitas menjadi bagian penting dalam mendukung tujuan pembangunan nasional dan daerah. Secara nasional, transformasi sistem kesehatan Indonesia dijabarkan dalam 6 pilar utama untuk mewujudkan masyarakat yang sehat, produktif, mandiri, dan berkeadilan. Pilar ini diawali dengan transformasi layanan primer, transformasi layanan rujukan, transformasi sistem ketahanan kesehatan, transformasi sistem pembiayaan Kesehatan, transformasi SDM Kesehatan, dan transformasi teknologi kesehatan. Sejalan dengan arahan nasional, Pemerintah Provinsi NTB berupaya membangun manusia yang berkualitas dalam visi NTB Gemilang. Akselerasi pembangunan manusia NTB yang berkualitas membutuhkan perencanaan yang komprehensif karena terkait dengan rantai atau siklus kehidupan. Kelahiran, kematian dan perpindahan penduduk menjadi bagian dari dinamika kondisi kependudukan. Masyarakat NTB yang sehat dan cerdas menjadi tujuan perencanaan pembangunan daerah.

Gambaran kondisi kinerja sektor kesehatan di Provinsi NTB menunjukkan indikator kinerja IPM yang telah mencapai 69,46, diproyeksikan pada akhir tahun 2026 akan terwujud IPM NTB mencapai 72,46. Umur Harapan Hidup (UHH) di NTB mencapai 67.07 tahun pada tahun 2022, mengalami peningkatan dalam 5 tahun terakhir, namun masih lebih rendah dibandingkan dengan UHH nasional, Bali, NTT, dan Sulawesi Selatan. Kota Mataram memiliki UHH tertinggi, sedangkan Lombok Timur menjadi Kabupaten dengan UHH terendah. Secara jumlah atau proporsi per 100.000 kelahiran hidup, kematian ibu di NTB pada tahun 2022 mengalami penurunan yang signifikan, dari 146,69 (2021) menjadi 85,30 (2022). Kematian ibu banyak disebabkan oleh kasus pre eklampsia/eklampsia HDK dan pendarahan. Kematian bayi di NTB mengalami penurunan yang signifikan selama 3 tahun terakhir, yaitu dari 8,38 kasus (2020) menjadi 7,92 kasus (2022), baik secara jumlah atau proporsi per 1.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian bayi yang tertinggi adalah karena berat badan lahir rendah dan asfiksia, karena asupan gizi ibu hamil selama masa persalinan yang masih terbatas. Permasalahan kesehatan yang penting adalah stunting yang mencapai 32,7 (SSGI) dan 16,8 (ePPBGM) pada tahun 2022. NTB masih berada pada urutan ke-4 tertinggi, sehingga diperlukan upaya pendekatan sensitif dan spesifik untuk menurunkan kasus stunting di NTB.  Prevalensi stunting, secara nasional, tahun 2022 mengalami penurunan dari 24,4% menjadi 21,5%. Namun, Provinsi NTB mengalami kenaikan dari 31,4% menjadi 32,7%. Capaian kinerja daerah untuk cakupan penduduk miskin di NTB yang mendapat jaminan kesehatan telah mencapai 100%. Universal Health Coverage (UHC) baru tercapai pada 3 Kabupaten yaitu Lombok Utara, Sumbawa Barat, dan Dompu. Masih terdapat 7 Kabupaten/Kota yang perlu mendapat perhatian untuk UHC ini. Selanjutnya, proporsi rumah tangga dengan akses sanitasi layak di NTB sudah mencapai 81,83 dari target awal 80,92 (2022), dengan 4 Kabupaten yang telah mencapai 5 Pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), yaitu Sumbawa Barat, Mataram, Lombok Barat, dan Sumbawa.

Rapat kerja kesehatan daerah di tahun 2023 mengusung tema “Bersama Wujudkan Transformasi Kesehatan dengan Semangat NTB Gemilang”. Transformasi kesehatan diharapkan dapat menjawab berbagai tantangan global dan lokal terkait permasalahan kesehatan yang kompleks di NTB. Untuk akselerasi transformasi kesehatan ini, dibutuhkan Sistem Kesehatan Daerah yang mampu merespon cepat pengambilan keputusan berbasis bukti. Pengembangan sistem kesehatan ini bertujuan untuk mewujudkan pembangunan manusia NTB yang berkualitas. Komponen pembentuk Sistem Kesehatan Daerah ini adalah sistem informasi perencanaan kesehatan daerah yang terdiri dari data dan informasi yang valid dan akurat. Selanjutnya dilakukan perumusan kebijakan perencanaan dan penganggaran sektor kesehatan berbasis bukti yang ada. Implementasi kebijakan pengembangan sistem kesehatan daerah dilakukan dengan kolaborasi multi-pihak. Dan dilakukan monitoring dan evaluasi kinerja kebijakan sistem kesehatan daerah. Faktor pendukung utama yang berperan dalam pembangunan manusia NTB berkualitas adalah pengembangan Community Food Center, yang berfungsi sebagai platform untuk menjamin ketersediaan dan distribusi pangan kepada kelompok miskin dan rentan, disertai dengan upaya perubahan perilaku hidup bersih dan sehat, serta perumahan dan permukiman yang bersih dan sehat. Kebutuhan dukungan sistem adalah tenaga kerja dengan berbagai latar belakang pendidikan yang beragam, perbaikan tata kelola, pengembangan kapasitas, penilaian kinerja, dan perbaikan kualitas komunikasi dan kolaborasi.

Diharapkan dengan adanya pengembangan Sistem Kesehatan Daerah, target proyeksi IPM NTB akan meningkat dari 69,46 pada tahun 2022 menjadi 72,46 pada tahun 2026, sesuai konsep Rencana Pembangunan Daerah (RPD) Provinsi NTB Tahun 2024-2026. Peningkatan komponen IPM ini merupakan kontribusi dari perbaikan kondisi untuk Umur Harapan Hidup, Rata-rata Lama Sekolah, dan Harapan Lama Sekolah. Proyeksi penurunan stunting akan dicapai pada 10% pada tahun 2026, dengan kondisi eksisting saat ini 16,84 pada tahun 2022. Selanjutnya, tahun 2026, 100% penduduk NTB sudah mendapatkan jaminan kesehatan yang dibutuhkan.

Faktor kunci keberhasilan dari transformasi kesehatan ini adalah upaya membangun komitmen multipihak untuk berkolaborasi dan melakukan aksi nyata. Pengembangan Sistem Kesehatan Daerah perlu didukung penyusunan rencana strategis untuk transformasi Kesehatan di Provinsi NTB. Forum Rapat Kerja Kesehatan Daerah menjadi platform strategis untuk kolaborasi dan sinergi multipihak. Selanjutnya, perumusan, implementasi dan penilaian kinerja kebijakan pengelolaan kesehatan masyarakat berbasis data dan informasi yang valid dan akurat. Hasil rapat ini diharapkan dapat memperkuar pembangunan manusia NTB yang berkualitas, sesuai rancangan Pilar 1 – People dalam Rencana Pembangunan Daerah (RPD) Provinsi NTB Tahun 2024-2026.