Mataram, 12 November 2025 – Kepala Bappeda Provinsi Nusa Tenggara Barat, Dr. Ir. H. Iswandi, M.Si., memimpin Rapat Sosialisasi Program Unggulan Desa Berdaya, sebagai upaya strategis Pemerintah Provinsi NTB dalam mewujudkan pembangunan dari desa dan mempercepat pencapaian Triple Agenda NTB Makmur Mendunia: pengentasan kemiskinan, penguatan ketahanan pangan, dan pengembangan pariwisata berkelas dunia.
Dalam arahannya, Iswandi menjelaskan bahwa Desa Berdaya merupakan program unggulan kedua (PU2) dari sepuluh program utama pembangunan NTB 2025–2029 yang sejalan dengan RPJPN 2025–2045 dan RPJMN 2025–2029, serta mendukung Prioritas Nasional (PN) 6: Membangun dari Desa dan dari Bawah. Program ini menegaskan komitmen NTB untuk menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi Bali-Nusra dengan laju pertumbuhan ekonomi rata-rata 8,4 persen selama 2025–2029.
“Program Desa Berdaya adalah wujud nyata pembangunan inklusif dan kolaboratif yang berangkat dari desa. Melalui desa, kita ingin mempercepat penurunan kemiskinan, memperkuat ketahanan pangan, serta mendorong pariwisata berkualitas dan berkelanjutan,” tegas Iswandi.
Berdasarkan data BPS 2024, tingkat kemiskinan di NTB masih berada di atas 10 persen, dengan target penurunan kemiskinan ekstrem hingga nol persen pada tahun 2029. Sementara Indeks Desa Membangun (IDM) menunjukkan bahwa baru 37,61 persen desa di NTB berstatus mandiri, 42,41 persen maju, dan 19,98 persen berkembang. Melalui Desa Berdaya, pemerintah provinsi menargetkan peningkatan signifikan dalam lima tahun mendatang.
Program Desa Berdaya dilaksanakan melalui dua pendekatan utama, yakni:
- Desa Berdaya Transformatif, yang berfokus pada 106 desa miskin ekstrem di NTB dengan total 16.876 kepala keluarga (44.013 jiwa).
Tahap pertama akan diimplementasikan pada 40 desa di 10 kabupaten/kota, termasuk desa pesisir, urban, dan lingkar hutan. Pendekatan graduasi digunakan untuk membantu rumah tangga miskin keluar dari kemiskinan melalui intervensi berurutan, terukur, dan berbasis bukti. - Desa Berdaya Tematik, yang mencakup seluruh 1.166 desa dan kelurahan di NTB, dengan prioritas pada 336 desa miskin absolut. Fokusnya adalah pengembangan potensi unggulan desa seperti pertanian, peternakan, pariwisata, energi terbarukan, dan ekonomi kreatif melalui kolaborasi lintas sektor dan inovasi komunitas.
Iswandi juga menekankan bahwa keberhasilan program ini sangat bergantung pada kolaborasi lintas pemerintah dan mitra pembangunan, baik di tingkat provinsi, kabupaten/kota, maupun desa. Struktur kelembagaan program melibatkan tim pelaksana di tingkat provinsi hingga desa, pendamping, serta mitra pembangunan nasional dan internasional.
“Melalui Desa Berdaya, kita ingin memastikan pembangunan tidak berhenti di kota. Semua agenda pembangunan kewilayahan akan dipusatkan melalui desa, agar hasilnya dirasakan langsung oleh masyarakat,” ujar Iswandi.
Program ini juga mendukung beragam inovasi tematik seperti Desa Mandiri Pangan, Desa Wisata Maju, Desa Hijau, Desa Inklusi (GEDSI), Desa Bebas Stunting, hingga Desa Tanpa Rumah Tidak Layak Huni. Semua diarahkan untuk menciptakan kemandirian ekonomi, sosial, dan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat desa.
Iswandi menutup arahannya dengan menegaskan semangat bersama dalam mewujudkan NTB yang lebih kuat dan sejahtera:
“Mari kita ikhtiarkan bersama ekonomi yang maju, manusia yang kuat, lingkungan yang berkelanjutan, dan masyarakat yang sejahtera melalui Desa Berdaya.”