Berguru Ilmu Ternak Ke Bumi Sriwijaya

Oleh : Lalu Suryadi S. (Kasubbid Pangan dan Pertanian Bappeda NTB)

Perjalanan kali ini adalah perjalanan singkat dalam rangka study banding tentang Pengembangan Padang Penggembalaan dan Penguatan Kampung Unggas di Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BPTU-HPT) Sembawa yang terletak di Kabupaten Banyu Asin Provinsi Sumatera Selatan. BPTU-HPT Sembawa adalah salah satu UPT dibawah Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI yang membidangi fungsi perbibitan ternak unggul dan merupakan salah satu instansi pemerintah yang mengembangkan ayam lokal dan telah melakukan penggaluran. Ternak ayam lokal yang dikembangkan yaitu Ayam Arab, Sembawa, Merawang, Kapas, dan KUB. Pemeliharaan dan pengembangan ternak ayam mengacu pada Penerapan Good Breeding Practice (GBP). BPTU-HPT Sembawa memiliki gudang pengolahan pakan konsentrat sehingga formulasi pakan ternak ayam dapat dibuat sendiri sesuai kebutuhan nutrisi.Selain ayam, BPTU-HPT Sembawa juga melakukan pembibitan sapi Brahman. Sistem Pemeliharaan ternak sapi di BPTU-HPT Sembawa mengadopsi sistem padang pengembalaan dan Rumput Potong.

Rombongan study banding kali ini di ikuti oleh beberapa orang Pejabat Struktural dan Staf dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi NTB yang di pimpin langsung oleh Ibu Kepala Dinas Ir. Hj. Budi Septiani. Disamping itu turut juga dalam rombongan ini Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Sumbawa beserta beberapa pejabat teknisnya yang mendampingi kelompok ternak dari Kabupaten Sumbawa. Selain Kabupaten Sumbawa dalam rombongan juga ikut beberapa kelompok ternak dari Kabupaten Lombok Tengah serta Pejabat teknis dari Kabupaten Dompu dengan jumlah peserta keseluruhan sebanyak 28 orang.

Perjalanan menuju Sembawa diawali dari Bandara International Lombok dengan Penerbangan Lion Air jam 7 pagi. Penerbangan menuju Sumatera Selatan tidak ada penerbangan langsung sehingga rombongan harus transit di Bandara Juanda Surabaya untuk selanjutnya terbang lagi menuju Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang. Setelah menempuh waktu penerbangan selama 1,5 jam, Tim tiba di Palembang pada pukul 10.50 WIB. Kondisi suhu di Palembang saat kami tiba cukup panas, sangat berbeda dengan suhu di Lombok yang saat ini sedang dilanda suhu dingin sehingga cukup berat bagi badan untuk menyesuaikan diri sehingga banyak peserta study banding yang langsung terserang flu. Namun kondisi ini tidak menyurutkan semangat kami untuk datang belajar tentang teknis pengelolaan peternakan yang dapat menjadi referensi bagi pengembangan peternakan di Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Mengingat lokasi study banding berada di luar kota dengan waktu tempuh sekitar 2 jam, sementara kami tiba di Palembang sudah cukup siang maka disepakati dengan tim untuk ke lokasi esok harinya sehingga sehari penuh bisa dimanfaatkan untuk eksplor dan belajar mengenai teknis pengelolaan peternakan yang dapat meningkatkan produktifitas hasil. Untuk memanfaatkan waktu luang yang ada siang dan sore hari, walaupun perjalanan dari Lombok cukup melelahkan namun rombongan masih semangat untuk jalan-jalan dulu melihat situasi kota Palembang yang terkenal sebagai Bumi Sriwijaya karena pernah menjadi Pusat Pemerintahan Kerajaan Sriwijaya. Jalan-jalan di awali dengan menikmati makan siang dengan kuliner khas Palembang seperti empek-empek dan lain-lain, dilanjutkan dengan singgah untuk sholat zuhur di Mesjid Cheng Hoo yang sangat unik dengan arsitekturnya tidak lazim karena merupakan perpaduan arsitektur timur tengah dengan arsitektur china. Uniknya arsitektur mesjid ini merupakan bentuk akulturasi budaya nusantara dengan china yang memberikan gambaran bahwa di masa lalu telah terjadi interaksi yang intens antara Kerajaan Sriwijaya dengan Tiongkok sehingga melahirkan perpaduan design arsitektur yang unik.

Kehadiran rombongan di Palembang tentu kurang lengkap jika tidak menapaki megahnya Stadion Sriwijaya di Jakabaring Sport City (JSC) yang pernah dijadikan venue ajang Sea Games 2011 dan Asian Games 2018. Kompleks olah raga seluas 325 Ha. ini cukup megah karena dilengkapi dengan sarana dan prasana olah raga yang berskala international, termasuk sarana penunjang seperti: sarana transportasi berupa MRT, Rumah Sakit, sarana ibadah dari berbagai agama, wisma atlet dan sarana pendukung lainnya. Kompleks Jakabaring saat ini bukan hanya berfungsi sebagai arena olah raga saja tetapi sudah berkembang juga menjadi sarana wisata karena keberadaan berbagai sarana olah raga dan penataan yang memperhatikan estetika dan keindahan menjadi daya tarik tersendiri untuk para wisatawan lokal maupun Manca Negara untuk dinikmati keindahannya walaupun sekedar untuk ber swa foto.

Usai mengunjungi Jakabaring perjalanan dilanjutkan ke sebuah destinasi wisata religi berupa sebuah museum Al Qur’an raksasa yang disebut Bayt Al Quran Al Akbar Berada tidak jauh dari tepi sungai Musi yaitu di daerah Gandus Palembang, museum Al Quran ini terbilang unik karena memajang Al Quran raksasa yang ukurannya begitu besar di ukir di papan kayu. Al Quran ini secara keseluruhan berjumlah 30 Juz yang terdiri dari 5 lantai. Tingginya mencapai 15 meter dengan lebar 8 meter. Pantas saja disebut Al Quran terbesar di dunia dan telah mendapatkan rekor MURI sebagai Al Qur’an terbesar dan terberat di dunia.           Setelah puas menyaksikan lembar demi lembar Al Quran raksasa yang diselingi foto-foto diantara ukiran-ukiran bait Al Qur’an, tak terasa hari telah petang sehingga rombongan harus segera cek in di hotel untuk beristirahat mengumpulkan tenaga agar besok paginya seluruh rombongan berada dalam kondisi fress untuk mengikuti agenda utama yaitu mengunjungi Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak Sembawa yang terletak di Kabupaten Banyu Asin.

Pagi hari di awali dengan sarapan pagi sekaligus menunggu rombongan lain yang belum siap karena masih ada beberapa orang rombongan yang agak terlambat bangun karena kelelahan setelah perjalanan dari Lombok dilanjutkan dengan jalan-jalan sekitar Kota Palembang. Bus Travel sudah stand by menunggu dan satu persatu rombongan menaiki bus. Perjalanan harus dilakukan sepagi mungkin karena perjalanan menuju Sembawa membutuhkan waktu sekitar 2 jam karena berada diluar kota tepatnya di Desa Lalang, Kecamatan Sembawa, Kabupaten Banyu Asin Sumatra Selatan. Waktu perjalanan inipun kita prediksi bila lalu lintas normal, mengingat walaupun sembawa itu sedikit terpencil dari kota namun jalur menuju lokasi ini merupakan jalur Trans Sumatra yang sangat padat sehingga apabila perjalanan dilakukan agak siang lalulintas di jalur ini sangat ramai dan terjadi macet yang panjang karena banyak kendaraan-kendaraan tonase berat yang lalu-lalang. Sepanjang perjalanan setelah keluar kota disuguhi pemandangan perkebunan yang di dominasi oleh tanaman karet dan kelapa sawit. Setelah perjalanan 2 jam lebih akhirnya tiba juga di lokasi yang dituju. Kehadiran rombongan disambut oleh Kepala BPTU dan HPT Sembawa beserta jajarannya. Untuk mempersingkat waktu kami tidak berpanjang kalam dan berbasa basi, tetapi langsung di ajak menuju peternakan, mengingat kami hanya punya waktu 1 hari untuk belajar tentang teknis pengelolaan peternakan. Tim Kami bagi menjadi 2 kelompok yang terdiri dari 1 Tim menuju padang penggembalaan dan Tim lainnya menuju peternakan Unggas.

1

Tim yang menuju padang penggembalaan langsung ke lokasi menggunakan bis karena padang penggembalaan di  BPTU dan HPT Sembawa ini sudah tertata sangat rapi dilengkapi dengan jalur-jalur kendaraan yang bisa dilalui oleh kendaraan besar jenis bus maupun truck. Pemandangan di padang penggembalaan ini sangat indah karena sejauh mata memandang disuguhi Pemandangan padang rumput nan luas yang tersulam pada perbukitan yang tertelungkup rapi berbaris bagaikan bukit tele tubbis dengan rumput berwarna hijau yang sudah di petak-petak dan dibatasi dengan pagar-pagar pembatas. Keindahan alam ini semakin paripurna karena cuaca cerah sehingga menampakkan birunya langit yang dihiasi spot-spot awan putih bersih dan sekelompok burung kuntul putih yang terbang membelah angkasa, sehingga banyak yang mengira foto lokasi ini berada di luar negeri seperti Selandia Baru dan sekitarnya. Diantara rerumputan hijau sangat kontras terlihat gerombolan sapi berwarna putih sedang menikmati rumput hijau. Di antara bukit-bukit yang membentang pada beberapa spot terlihat oase berupa embung-embung buatan yang dipenuhi air sebagai tempat minum ternak dan sumber air untuk menyirami rumput agar tetap subur. Keindahan padang penggembalaan ini dilengkapi dengan border yang berbatasan dengan kebun-kebun karet dan kelapa sawit. Luas keseluruhan BPTU dan HPT Sembawa ini seluas 265,7 Ha. dengan padang penggembalaan seluas 142 Ha. yang dihuni oleh sekitar 1.000 ekor ternak. Dalam pemanfatannya padang penggembalaan seluas ini tidak semua petak-petak dilepasi ternak sekaligus tapi dilakukan secara bertahap/bergilir karena sudah dibagi menjadi petak-petak yang dibatasi oleh pagar kawat berduri. Pemanfaatan secara bergilir ini dilakukan agar setelah ternak dipindahkan dari salah satu petak, ada waktu untuk perawatan dan menghijaukan kembali rumput yang sudah dimakan ternak sehingga dapat subur kembali.

2

Secara teori padang penggembalaan adalah merupakan suatu areal yang ditumbuhi vegetasi dominan famili rumput – rumputan (graminae) serta tumbuhan lainnya seperti legume yang digunakan sebagai sumber hijauan pakan ternak. Padang penggembalaan yang baik, mampu menyediakan hijauan berupa rumput dan leguminosa sebagai sumber pakan utama ternak ruminansia. Berkaitan dengan hal tersebut, melihat kondisi yang ada di padang penggembalaan BPTU dan HPT Sembawa, sudah sangat ideal untuk disebut sebagai sebuah padang penggembalaan karena disamping sudah dilengkapi dengan sarana yang memadai, padang penggembalaan ini juga sudah tersedia sangat berlimpah hijauan pakan ternak dari family rumput-rumputan maupun legume yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembangnya ternak. Adapun jenis HMT yang ada di BPTU dan HPT Sembawa ini terdiri dari berbagai jenis diantaranya:  Jenis dari Family Legume yaitu: Gliricida speum (gamal), Leucaena leucochepala (lamtoro gung), Desmanthus virgatus (lamtoro mini), Stylosanthes graciliaris, Sesbania grandiflora (Turi),  Macroptilium  atropurpureum (Siratro), Clitoria ternatea L (Kembang Telang/Klitoria), Centrosema pubescens (Sentro), Indigofera Sp., Sementara dari Family rumput-rumputan terdiri dari : Rumput BH (Brachiaria humidicola), Rumput BD/Signal (Brachiaria decumbens),Rumput Gajah, Rumput Raja (King Grass), Glodok, Rumput Ruzi / Kongo (Brachiaria ruziziensis), dll.

3

Teknis Pola pengelolaan ternak di BPTU dan HPT Sembawa ini terbagi menjadi 3 macam yaitu: intensif, semi intensif dan ekstensif. Pola intensif dilakukan dengan sepenuhnya ternak berada di dalam kandang dengan pakan yang disuplay penuh ke kandang. Semi intensif dilakukan dengan pola setengah hari ternak dikandangkan sementara setengah hari lagi ternak dilepas di padang penggembalaan. Sementara yang pola ekstensif dilakukan dengan sepenuhnya ternak berada di padang penggembalaan.

Jenis ternak sapi yang ada di BPTU dan HPT Sembawa ini di dominasi oleh jenis Sapi Brahman dan Peranakan Ongol (PO) disamping ada juga beberapa jenis lainnya seperti Belgian Blue dan lain-lain, namun selain jenis Brahman dan PO kami tidak temukan di padang penggembalaan karena dipelihara dengan pola intensif sehingga selalu berada di dalam kandang. Pemilihan sapi jenis Brahman dan PO ini menurut kami memang sangat tepat karena sapi Brahman memiliki ukuran tubuh yang sangat besar sehingga bisa  menandingi ukuran tubuh dari sapi limousin dari berat dan juga karkasnya. Apalagi jika kita bandingkan dengan jenis sapi lokal seperti sapi Bali dan juga sapi Madura, akan terasa sangat jauh perbedaannya. Jika sapi lokal memiliki berat pada kisaran 500kg, maka dengan ukuran Sapi Brahman ini bisa mencapai berat tubuh sampai 1 ton lebih. Jadi karena berat yang sangat besar inilah bisa dibilang Sapi Brahman merupakan salah satu sapi terbaik dalam usaha peternakan sapi. Keuntungan lain dari Sapi Brahman ini adalah merupakan jenis sapi yang memiliki kualitas daya tahan tubuh yang baik jika dibandingkan dengan sapi lokal, sehingga sangat jarang diserang oleh penyakit ternak. Sementara sapi Peranakan Ongol (PO) adalah merupakan sapi hasil perkawinan antara pejantan sapi Sumba ongole dengan sapi betina lokal jawa. Ukuran tubuh jenis sapi ini juga sangat besar sehingga tidak jauh beda dengan Brahman dan bisa lebih tahan terhadap kepanasan, kehausan dan kelaparan. Serta dapat mengkondisikan diri dengan mengkonsumsi pakan berkualitas rendah sekalipun. Sapi PO betina memiliki sifat serta hasil reproduksi lebih baik dibandingkan dengan sapi madura dan sapi bali, dan terlebih lagi harga sapi ongole jelas lebih tinggi ketimbang kedua sapi tersebut. Meski ketenaran dari sapi PO dikalangan para pengelola usaha budidaya ternak masih kalah dengan sapi jenis Brahman atau Ongole asli, sapi PO memiliki beberapa kelebihan. Jenis Sapi PO super, cepat sekali mengalami reproduksi, dan kelebihan lain dari jenis sapi ini adalah cepatnya sapi ini dalam pertumbuhan. Dengan pemberian pakan yang tepat dan penuh nutrisi, satu ekor sapi PO bisa menambah berat tubuhnya hingga 0,75kg per hari. Sapi ini bisa tumbuh dan membesar hingga mencapai 600kg dengan masa pemeliharaan sekitar 2 tahunan sehingga secara ekonomi sangat menguntungkan bagi peternak.

54

Untuk ternak unggas ada beberapa jenis ternak unggulan yang di produksi di BPTU-HPT Sembawa yaitu: ayam KUB, ayam arab Sembawa, ayam merawang, ayam kapas dan ayam sensi. Ayam KUB adalah jenis ayam kampung dengan galur baru hasil penelitian dari Balitnak Bogor dengan keunggulan seperti sifat mengeram rendah dan produksi telur tinggi. Ayam arab sembawa merupakan turunan dari ayam Fayoumi yang berasal dari mesir, dengan keunggulan produksi telur yang tinggi. Ayam Merawang merupakan ayam lokal yang berasal dari Bangka dengan populasi yang besar di Kecamatan Merawang sehingga disebut sebagai Ayam Merawang, dengan keunggulan produksi telur yang tinggi dan warna yang seragam, Ayam sensi dengan keunggulan proporsi daging yang lebih banyak dibandingkan jenis ayam lokal lainnya. Jenis ayam lain yang dikembangkan juga adalah Ayam Kapas dengan bulu yang halus seperti kapas sehingga disebut Ayam Kapas yang merupakan jenis ayam yang berasal dari China dengan keunggulan tampilannya yang unik berwarna putih seperti kapas sehingga banyak dipelihara sebagai Ayam Hias disamping potensial juga sebagai ayam petelur.

 6  

BPTU-HPT Sembawa merupakan salah satu UPT yang ditugasi melaksanakan pemeliharaan, produksi, pemuliaan, pengembangan, penyebaran dan distribusi bibit ternak unggul, serta produksi dan distribusi benih/ bibit hijauan pakan ternak, BPTU-HPT Sembawa telah banyak memproduksi bibit unggul sapi maupun unggas dan didistribusikan ke seluruh Indonesia termasuk Provinsi NTB. Distribusi bibit dari BPTU Sembawa dilaksanakan ke seluruh Indonesia dengan berbagai pola diantaranya ada yang distribusikan dengan pola hibah dan ada pula yang didistribuskan dengan pola jual beli, karena UPT ini juga melayani pembelian bibit unggul sapi maupun unggas. Disamping itu BPTU-HPT Sembawa juga melayani jasa teknis, konsultasi, penelitian, pelatihan magang, pengembangan sentra bibit, pembinaan kelompok ternak, kunjungan/bintek dan bantuan fasilitasi teknis peternakan lainnya, baik kepada unsur pemerintah maupun kepada masyarakat umum yang membutuhkan bantuan teknis pengembangan peternakan.

 7

Sebagai institusi yang juga di amanahkan sebagai wadah untuk melakukan kajian, penelitian dan pengembangan, serta tempat untuk belajar tentang teknis peternakan, maka  BPTU-HPT Sembawa dilengkapi SDM, sarana prasarana dan teknologi yang memberikan ruang yang luas untuk meningkatkan kapasitas dan berinovasi di bidang peternakan. Di antara beberapa teknologi yang diterapkan tersebut adalah teknologi reproduksi yang terdiri dari: teknologi Inseminasi Buatan (IB) pada sapi, Inseminasi Buatan (IB) pada ayam, Transfer Embrio (TE) pada sapi, Pemeriksaan Kebuntingan (PKb) pada sapi, Program Kawin Alam Terencana (Hand Mating). Disamping itu ada juga teknologi Pakan yaitu: Fermentasi Jerami, Silase (pakan berkadar air tinggi hasil fermentasi), Hay (HPT yang dikeringkan), dan Amoniasi. Dan yang terakhir yang tidak kalah pentingnya dalam bidang peternakan yaitu teknologi penanganan limbah yang terdiri dari Biogas dan Bokasi. 

Kembali kepada tujuan dari pelaksanaan study banding ini adalah dalam rangka peningkatan kapasitas SDM aparatur dan peternak NTB yang terkait dengan teknis pelaksanaan pengembangan peternakan, maka perlu kiranya kita telaah lebih teknis peluang yang memungkinkan apabila pola dan teknis pengembangan peternakan yang diterapkan di BPTU-HPT Sembawa juga kita terapkan di Provinsi NTB. Memperhatikan Topografi, suhu dan cuaca yang ada di BPTU-HPT Sembawa, sangat mirip dengan kondisi yang ada di Pulau Sumbawa. Kondisi topografi yang berbukit mengingatkan kami dengan suasana yang ada di sekitaran Pulau Sumbawa khususnya kawasan Tambora. Begitu juga dengan kondisi suhu udara yang berada pada kisaran antara 20 – 35ºC, dengan jumlah curah hujan rata-rata tahunan yang tercatat berada pada kisaran 1.500 mm3 dan hari hujan pada kisaran 60 hari hamper sama dengan kondisi suhu dan cuaca di Pulau Sumbawa. Dengan kondisi geografis dan cuaca yang sangat mirip maka sangat memungkinkan jika pola dan sistim pengelolaan peternakan yang diterapkan di BPTU-HPT Sembawa diaplikasikan di Provinsi Nusa Tenggara Barat terutama di wilayah pulau Sumbawa, karena disamping kondisi alam yang hampir sama, di pulau Sumbawa masih tersedia lahan yang cukup luas untuk dimanfaatkan sebagai padang penggembalaan seperti yang di terapkan di BPTU-HPT Sembawa Sumatra Selatan. Apalagi pola – pola peternakan dengan padang penggembalaan sudah tidak asing lagi bagi masyarakat pulau Sumbawa, namun yang harus dibenahi adalah pengelolaan padang penggembalaan harus dilaksanakan dengan sistim yang lebih professional atau intensif, diantaranya:

  1. Kawasan Padang penggembalaan harus terencana dengan baik yang dimulai dengan penyusunan Masterplan dan Detail Design sehingga dapat lebih tertata yang akan berpengaruh pada efisiensi dan ketepatan pemanfaatan kawasan, serta terhindar dari konflik dalam pemanfaatan kawasan.
  2. Dibuatkan batas-batas kawasan penggembalaan yang jelas sehingga tidak terjadi konflik kepentingan antara kawasan peternakan dengan kawasan pertanian, perkebunan, permukiman dan perhutanan.
  3. Diberikan peningkatan kapasitas SDM yang lebih intensif kepada peternak sehingga peternak bisa lebih faham tentang teknologi peternakan yang lebih menjamin upaya peningkatan produksi.
  4. Di dalam padang penggembalaan harus dibagi dalam petak-petak yang dibuatkan pagar pembatas sehingga bisa dilakukan pergiliran petak dalam kawasan padang penggembalaan guna menjamin tersedianya pakan secara berkelanjutan karena ada waktu bagi petak yang sudah dilepasi ternak untuk dilakukan maintenance agar bisa di recovery sehingga bisa hijau kembali.
  5. Padang penggembalaan harus dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai seperti: Oase atau embung-embung kecil sebagai sumber air ternak maupun untuk menyiram hijauan pakan ternak (HPT), sarana jalan dan drainase yang baik sebagai jalur untuk pengangkutan ternak, sarana gudang untuk penyimpanan pakan ternak, lahan hijauan pakan ternak, maupun kebutuhan sarana prasarana pendukung lainnya.
  6. Mengingat kondisi keterbatasan ketersediaan air pada musim kemarau di Pulau Sumbawa maka perlu dipikirkan alternative untuk memperbanyak embung-embung penampungan air dan pembuatan sumur bor untuk kawasan-kawasan yang memiliki potensi air bawah tanah.
  7. Sebagai border yang membatasi areal padang penggembalaan dengan peruntukan lainnya, maka sebaiknya ditanami dengan pagar hidup yang juga berfungsi ganda disamping sebagai pembatas lahan juga berfungsi sebagai sumber hijauan pakan ternak dan sekaligus sebagai bentuk konservasi terhadap lahan sehingga dapat mengurangi penguapan dan menampung air di sekitar kawasan padang penggembalaan.
  8. Pengelolaan padang penggembalaan harus dilakukan secara professional dengan struktur lembaga pengelola yang jelas dan di alokasikan pendanaan yang proporsional sesuai kebutuhan agar dapat maksimal menjalankan fungsinya.

8

Teknis peternakan secara ekstensif dengan menggunakan sistem padang penggembalaan yang dikelola dengan baik dan sesuai dengan teknis pengelolaan peternakan modern akan sangat bermanfaat untuk efisiensi tenaga kerja yang digunakan, karena proses pemeliharaan dengan sistim ini tidak menuntut tenaga yang banyak di lapangan, selain itu sistim ini juga lebih menjamin efisiensi dan efektifitas dalam beternak tercapai, karena berdasarkan hasil evaluasi terhadap efektifitas Sistem penggembalaan (Pastura) ini mampu meningkatkan pertumbuhan bobot badan ternak lebih significant. Hal ini juga sangat berkaitan dengan nilai ekonomi untuk poses produksi peternakan. Metoda pastura yang dilakukan akan sangat mengurangi pengeluaran untuk pakan ternak, karena dalam pengelolaan peternakan, biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan ternak hampir 2/3 dari biaya produksi yang bersumber dari penyedian hijauan pakan ternak (HPT). Disamping dapat meningkatkan produksi peternakan, upaya pengembangan padang pengembalaan secara intensif di Provinsi NTB khususnya di Pulau Sumbawa sebagaimana yang dilakukan di BPTU-HPT Sembawa Sumatra Selatan juga merupakan bentuk langkah-langkah dalam rangka pelestarian tradisi dan kebiasaan masyarakat pulau Sumbawa dalam beternak ruminansia yang dikenal sebagai “Lar” untuk di Sumbawa dan “So” untuk di wilayah Bima dan Dompu.

Demikian sekelumit cerita dari Bumi Sriwijaya semoga di Provinsi Nusa Tenggara Barat kisah-kisah sukses tersebut dapat menjadi referensi dalam rangka pengembangan peternakan yang lebih “GEMILANG” guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat sehingga cita-cita masyarakat NTB untuk menjadi tuan di daerahnya sendiri dapat terwujud dengan segera.

9