Mataram – Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Nusa Tenggara Barat, Dr. Ir. H. Iswandi, M.Si., menjadi narasumber dalam Seminar Nasional PEPADU VII Tahun 2025 yang mengusung tema “Inovasi Produk Unggulan Kepulauan yang Berdampak dalam Peningkatan dan Percepatan SDGs di Indonesia.”
Kegiatan tersebut diisi dengan berbagai rangkaian acara, termasuk presentasi artikel ilmiah yang membahas topik-topik terkait poin-poin Sustainable Development Goals (SDGs). Para pemakalah memaparkan hasil riset dan pengabdian masyarakat yang mencakup beragam bidang, mulai dari kesehatan, pertanian, kemiskinan, hingga teknologi dan maritim.
Kepala LPPM Unram, Dr. Andi Chairil Ichsan, S.Hut., M.Si., dalam pembukaan menjelaskan bahwa tema PEPADU tahun ini diangkat untuk mendorong terjadinya transformasi ilmu dan teknologi agar memberi dampak positif bagi masyarakat luas.
“Kita harap akan ada transformasi pemikiran, keilmuan, dan inovasi teknologi kepada masyarakat dari para sivitas akademika, baik dosen maupun mahasiswa. Transformasi itu bisa diterjemahkan dalam bentuk produk riset, pemberdayaan masyarakat, serta inovasi-inovasi baru,” ujar Chairil.
Ia menambahkan, penyelenggaraan seminar nasional ini juga bertujuan mempercepat pencapaian target SDGs di Indonesia melalui hasil pengabdian sivitas akademika.
Chairil turut menegaskan komitmen Unram dalam mendukung upaya pencapaian SDGs melalui berbagai karya dosen dan mahasiswa. Tahun 2025, LPPM Unram memberikan dukungan terhadap sekitar 560 judul karya pengabdian, meningkat dari 495 karya pada tahun sebelumnya.
“Karya-karya itu tersebar di 17 indikator SDGs, mencakup sektor kesehatan, kemiskinan, pertanian, maritim, infrastruktur, dan teknologi,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Chairil berharap hasil riset dan inovasi yang dipresentasikan tidak hanya berhenti di ranah akademik, tetapi dapat diterapkan secara nyata di masyarakat.
“Hasil karya dan ide kreatif itu tidak hanya sebatas di kertas. Kami berharap inovasi tersebut bisa diaktualisasikan di tengah masyarakat, sehingga memberikan manfaat nyata bagi pembangunan berkelanjutan,” pungkasnya.
Pada kesempatan yang sama tersebut, Dr. Iswandi mengungkapkan rasa syukurnya dapat hadir dan berjumpa kembali dengan para akademisi yang pernah menjadi pembimbingnya, di antaranya Prof. Karyani, dosen pembimbingnya semasa kuliah di Fakultas Pertanian tahun 1984. “Saya sangat bersyukur dapat bertemu kembali dengan guru saya, Prof. Karyani. Semoga beliau senantiasa diberi kesehatan dan keberkahan,” ujarnya.
Ia juga menyambut kehadiran para akademisi dari berbagai daerah, termasuk Prof. Siti Esmaul dari Unibraw dan Prof. Bujir Tahim dari Universitas Hasanuddin, seraya berharap kolaborasi lintas daerah ini dapat memperkuat sinergi antara Sulawesi Selatan, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat dalam pengelolaan potensi kepulauan.
Dalam paparannya, Iswandi menjelaskan arah pembangunan NTB 20 tahun ke depan yang berorientasi pada transformasi ekonomi berbasis kepulauan dan ekonomi biru. Ia menyebut, NTB telah menetapkan visi besar menuju “NTB Emas 2045”, yang merupakan komitmen daerah untuk berkontribusi dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045.
“NTB Emas mencerminkan semangat membangun ekonomi yang maju, sumber daya manusia yang tangguh, serta lingkungan yang aman dan berkelanjutan,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa paradigma pembangunan NTB akan beralih dari daerah agraris menuju provinsi kepulauan yang maju dan berdaya saing dengan memanfaatkan potensi agro-maritim secara optimal. Hal ini didukung oleh kondisi geografis NTB, di mana 58 persen wilayahnya merupakan perairan dan hanya 42 persen daratan.
“Potensi laut dan kepulauan NTB sangat besar namun belum dimanfaatkan secara maksimal. Karena itu, arah pembangunan ke depan adalah mengoptimalkan sektor perikanan, kelautan, dan industri pengolahan hasil laut,” tutur Iswandi.
Dalam lima tahun mendatang, Pemerintah Provinsi NTB akan fokus memperkuat fondasi transformasi ekonomi melalui pengembangan program unggulan NTB Agro-Maritim yang menjadi bagian dari strategi ekonomi biru. Berdasarkan Indeks Ekonomi Biru Nasional, NTB menempati posisi ke-6 dari seluruh provinsi di Indonesia, melampaui rata-rata nasional.
“Capaian ini harus dipertahankan dan ditingkatkan, terutama melalui peningkatan kontribusi industri pengolahan hasil laut serta hilirisasi produk perikanan,” imbuhnya.
Iswandi menjelaskan bahwa transformasi ekonomi NTB harus diarahkan untuk keluar dari ketergantungan terhadap sektor pertambangan, menuju penguatan sektor-sektor berkelanjutan seperti pertanian, perikanan, dan industri pengolahan hasil maritim. Sektor perikanan dinilai memiliki stabilitas pertumbuhan yang lebih baik dibanding subsektor pertanian lainnya.
“Transformasi ekonomi berarti NTB harus beralih dari ekonomi berbasis komoditas primer menuju ekonomi olahan bernilai tambah tinggi,” tegasnya.
Selain aspek ekonomi, penguatan ekonomi biru juga harus disertai perhatian terhadap kelestarian lingkungan dan pembangunan sosial. Untuk itu, konsep NTB Agro-Maritim diarahkan agar mampu menjaga ketahanan pangan sekaligus mempercepat penurunan kemiskinan.
Iswandi juga menyoroti pentingnya pembangunan sumber daya manusia melalui pendekatan akademi hijau dan biru, yakni SDM yang memiliki kemampuan mengelola potensi daratan sekaligus kelautan secara berkelanjutan. “Petani NTB di masa depan harus multi-talenta, mampu bertani sekaligus memahami potensi kelautan,” ujarnya.
Menutup paparannya, Kepala Bappeda NTB berharap hasil-hasil penelitian dan inovasi dari kalangan akademisi dapat terus dikembangkan dan diimplementasikan dalam kebijakan pembangunan daerah.
“Semoga seminar ini menjadi ruang kolaborasi yang memperkaya implementasi konsep ekonomi biru di Nusa Tenggara Barat, dan mampu membawa NTB menjadi provinsi kepulauan yang maju, tangguh, dan sejahtera,” pungkasnya.