Pemerintah Provinsi Siapkan Tetebatu Jadi Salah Satu Pusat Industri Hijau di NTB 

Kunjungi Desa Tetebatu pada Kamis, 9 Maret 2023, Bappeda NTB bersama dengan Universitas Mataram, Universitas Hamzanwadi, dan PT Eco Solutions Lombok yang tergabung dalam konsorsium NTB Climate and Environment laksanakan sosialisasi program Alas Strait Climate Aliance (ASCA).

Membuka kegiatan, Kepala Desa sampaikan bahwa Tetebatu punya banyak potensi, namun belum dikembangkan optimal. “Harapan kami, untuk dapatkan bimbingan agar bisa lakukan kegiatan sesuai potensi yang ada untuk tingkatkan pembangunan, dan nilai tambah masyarakat Desa,” ujarnya.

“Saat ini kami ikut mendaftar desa proklim. Harapan kami, bisa terpilih mewakili lotim atau NTB,” tambahnya. Proklim atau Program Kampung Iklim merupakan program dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Untuk tingkatkan keterlibatan masyarakat dalam melakukan aksi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, serta penurunan emisi gas rumah kaca.

Merupakan program yang berorientasi pada pembangunan integratif, rendah karbon dan berkelanjutan. ASCA yang diinisiasi konsorsium NTB Climate and Environment terdiri dari triple helix miliki perannya masing-masing. PT ESL sebagai mitra swasta membawa komitmen/investasi baik dari nasional maupun internasional, universitas sebagai pelaku research and development dan Pemerintah Provinsi yang bertanggung jawab atas keterlibatan sektor publik dan dukungan kebijakan.

Diujicoba di tiga lokasi dengan karakteristik yang berbeda-beda, Tetebatu terpilih jadi salah satunya. Berada di elevasi dari 500 hingga 2000 mdpl, Tetebatu diakui miliki banyak ragam sumber daya alam yang bisa dimanfaatkan untuk tingkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu diantaranya adalah tanaman obat.

John Higson dari konsorsium sampaikan bahwa kunjungan hari ini ke Tetebatu adalah tahap awal. “Semoga bisa buahkan hasil yang berkelanjutan,” ujarnya. Bertujuan untuk dukung pemerintah NTB capai target nol emission pada tahun 2050, 10 tahun lebih cepat dari target nasional. “Melalui skema program ASCA, konsorsium akan bawa banyak industri hijau di sektor pertanian, agroforestry, ekowisata, daur ulang limbah, EBT, infrastruktur dan transportasi berkelanjutan” ujarnya.

Akan membawa banyak mitra dari berbagai sektor ke Tetebatu. “Bahkan untuk saat ini sudah ada mitra yang tertarik untuk membuat pabrik yang mengubah limbah padi jadi bahan bangunan di Tete batu,” ujarnya. Mengusung semangat kolaborasi, John harapkan adanya dukungan dari Pemerintah Desa, BUMDES, maupun masyarakat sekitar. “Agar proyek ini bisa berjalan secepatnya,” tambahnya.

Akan siapkan proses bisnis yang lengkap dan terintegrasi dari hulu ke hilir. Kepatuhan semua pihak pada perjanjian atau regulasi yang ramah lingkungan, berkelanjutan, dan rendah karbon jadi salah satu kunci masuknya investasi ke Tetebatu. “Karena branding hijau sangat menarik negara barat saat ini” pungkasnya.

Oleh karena itu dalam program ini konsorsium akan gunakan system piagam. Sistem yang disiapkan untuk terlaksananya kesepakatan eco system services. Dimana masyarakat akan menerima manfaat sebagai imbalan dari mengikuti peraturan yang berkelanjutan dan melindungi aset alam setempat. “Semakin masyarakat lokal berhasil lindungi alam, semakin tinggi bagi hasil dan dukungan lain yang akan diterima masyarakat” ujarnya.

Tidak hanya john, Andy Citawarman dari konsorsium juga sampaikan tambahan informasi terkait besarnya potensi tanaman obat dan pasar herbal dunia. Berdasarkan data dari polaris market research, terjadi lonjakan permintaan tanaman obat dan produk herbal di seluruh dunia. “Selama pandemi, harga tanaman obat di Indonesia naik 20%-30%” ujarnya. Khususnya di Pulau Lombok dan Tetebatu salah satu didalamnya, menurut Andy miliki zona iklim serta elevasi yang berbeda. Kondisi ini adalah tempat yang sempurna untuk membangun industri jamu dan tanaman obat berbasis masyarakat.

Akan mengajak masyarakat setempat dalam transisi dari usaha bernilai rendah dengan karbon tinggi dan merusak lingkungan, menjadi usaha bernilai tinggi, rendah karbon dan secara radikal tingkatkan pendapatan masyarakat. Konsorsium hari itu ingin dengarkan berbagai informasi dan pendapat masyarakat terkait program ini. “Informasi dan kesediaan dari masyarakat adalah hal penting bagi kami” ujar Andy menutup paparannya.

“Seperti dibawa ke alam mimpi” ujar kepala BPD Desa Tete Batu setelah dengarkan penjelasan pagi menjelang siang hari itu. Paling tidak selama lima belas tahun pengalamannya, sudah ada banyak program pemerintah yang hadir ke Tetebatu. Seperti usaha tani kakao, yang berhasil penduduk tanam, namun saat tiba masa panen, ternyata pasarnya tidak ada. “Begitu juga program pupuk organik” tambahnya.

Hal yang sama juga disampaikan oleh perwakilan dari Gapoktan di Tete Batu. “Asitaba juga pernah, tapi setelah panen, tidak ada yang beli ujarnya”. Sementara itu Ketua BUMDES sampaikan, konsorsium juga perlu memnikirkan bagaimana solusi terhadap pakan ternak. Menurutnya mayoritas warga di Tetebatu adalah petani sekaligus peternak sapi. Oleh karena keterbatasan stok rumput gajah di sekitar lingkungannya, warga lalu menggunakan jerami sebagai pakan. “Oleh karena itu, jika konsorsium ingin olah jerami jadi bahan baku bangunan, lalu bagaimana dengan pengganti pakan sapi warga, ini perlu dipikirkan” ujarnya.

Meresponnya, Jhon dan andy sampaikan. Kepastian offtaker adalah fokus utama dari program ini. “Oleh karena itu, sejak awal sudah kami petakan perusahaan hijau apa saja yang akan hadir untuk menampung segala produk warga” ujar keduanya. “Oleh karena itu, kedepannya kami akan lakukan studi kelayakan yang terintegrasi” ujar andy menutup forum hari itu.

#NTBGEMILANG
#NTBTangguhDanMantap
#NTBBersihDanMelayani
#NTBSehatDanCerdas
#NTBAsriDanLestari
#NTBSejahteraDanMandiri
#NTBAmanDanBerkah