Wisata Ramah Hiu Paus, Di Teluk Saleh.

Koordinator Bidang ESDM dan Lingkungan Bappeda Provinsi NTB, Ir. Irvan Suwarno ikuti zoom meeting “Diseminasi Hasil Kajian Daya Dukung Wisata Hiu Paus di Teluk Saleh”. Diadakan Yayasan Konservasi Cakrawala Indonesia (YKCI) bersama Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTB. Kegiatan ini dihadiri perangkat daerah terkait lingkup Pemerintah Provinsi NTB, Rabu 18 Januari 2023.

Sejak tahun 2018, bersamaan dengan event ‘Sail Moyo Tambora’ yang diadakan oleh Kementerian kelautan dan Perikanan RI, wisata hiu paus di Teluk Saleh mulai dibuka dan dipromosikan oleh Nusa Tenggara Barat, terutama Pemerintah Kabupaten Sumbawa.

Namun integrasi antara pengelolaan konservasi dan wisata hiu paus dirasa masih belum cukup optimal pada implementasinya. Kurang tersedianya data kegiatan pariwisata serta informasi kajian daya dukung menjadi masalah yang patut dipertimbangkan.

Kadislutkan NTB Muslim, ST., M.Si, dikutip dari instagram @dislutkanntb, menyampaikan agar YKCI dalam melakukan kajian daya dukung wisata hiu paus di Teluk Saleh harus benar-benar memberikan dampak positif bagi pengelolaan ekowisata di Teluk Saleh.

“Mari kita hadirkan kemaslahatan bagi masyarakat dimana masyarakat mendapatkan nilai tambah dengan adanya hiu paus ini di wilayah mereka,” jelas Muslim.

YKCI sampaikan, memiliki populasi hiu paus yang cukup besar dengan pola kemunculan sepanjang tahun. Maka penting dilakukan kajian awal daya dukung untuk menghadapi mass tourism selanjutnya.

Menggunakan metodologi mengukur daya dukung fisik yang menganalisa batas maksimum dari suatu kunjungan wisata dengan mempertimbangkan kepuasan dalam aktivitas wisata dalam satuan waktu tertentu. Juga daya dukung riil yang menganalisa batas maksimum dari suatu kunjungan wisata dengan mempertimbangkan faktor koreksi yang dianggap berpengaruh. Serta ruang gerak baik wisatawan maupun ruang gerak hiu paus.

YKCI kemudian merekomendasikan beberapa hal, tiga diantanya adalah batas minimum tambatkan kapal baik phinisi / liveaboard adalah 500 m dari Bagan, mobilisasi tamu dari kapal utama menuju Bagan harus memakai dingy atau speed boat kecil atau menyewa perahu nelayan lokal jika tidak ada, dan maksimal 8 orang per rotasi, sudah termasuk wisatawan dan guide dengan semua aktivitasnya seperti menyelam, snorkeling dan watching jelas Ismail Alaydrus, senior officer YKCI selaku narasumber dalam forum tersebut.