Geopark Rinjani, Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI NTB), dan Wildlife Conservation Society (WCS) menggelar workshop pengembangan wisata bahari berbasis geowisata (geomarine tourism). Kegiatan yang dilangsungkan selama tiga hari, 20-22 Agustus ini diikuti para pegiat konservasi, pokmaswas, dan pokdarwis di tiga desa binaan WCS NTB. Selama tiga hari, peserta dibekali pengetahuan geowisata, sejarah geologi Lombok, dan strategi pengembangan geowisata.
“Kegiatan ini lanjutan dari kegiatan geomarine camp yang kami selenggarakan sebelumnya,’’ kata Community Development Officer WCS NTB, Haerul Hazmi (21/8).
Kegiatan ini digelar di Desa Padak Guar, Kecamatan Sambelia, Kabupaten Lombok Timur. Pada kegiatan sebelumnya, fokus pada pengenalan potensi pariwisata di Sambelia. Pada kegiatan workshp ini, menyiapkan kader binaan WCS menjadi pemandu geowisata.
Pada hari pertama kegiatan, peserta dikenalkan dengan sejarah geologi Pulau Lombok. Proses pembentukan Pulau Lombok, munculnya gunung api, bencana geologi, dan dampak bagi masyarakat Pulau Lombok. Sambelia sendiri memiliki sejarah geologi cukup panjang. Situs Batu Tambun, yang berada di pesisir pantai Desa Padak Guar adalah lava yang muncul ke permukaan. Dengan kandungan gas yang tinggi, akhirnya menimbukan lubang, seperti bekas jerawat di batu itu. Begitu juga dengan banyaknya batu di Sambelia, menjadi bukti sejarah geologi. Jika dipoles dengan lebih bagus, Batu Tambun bisa menjadi destinasi baru di Padak Guar.
“Perlu penelitian lanjutan untuk melihat bagaimana pengaruh letusan gunung Sembalun purba dan letusan Samalas di Sambelia. Tapi cerita sejarah geologi saat ini bisa menjadi pengalaman baru bagi pemandu wisata dan wisatawan,’’ kata Manajer Konservasi Mitigasi, dan Perubahan Iklim Rinjani Lombok UNESCO Global Geopark, Yuniar Pratiwi.
Deretan pegunungan di Sambelia juga memiliki cerita geologi. Cerita-cerita itulah yang nantinya disampaikan ke wisatawan. Tidak sekadar menjelaskan keindahan alam, tapi juga menjelaskan sejarah geologi kawasan itu.
“Jadi kita bisa mengedukasi wisatawan,’’ kata Yuniar.
Pengetahuan sejarah geologi Lombok, sejarah kebencanaan Lombok penting bagi para peserta calon pemandu geowisata. Selain menjadi pemandu wisatawan, mereka juga bisa menjelaskan sejarah geologi Lombok. Termasuk berbagai bencana yang pernah terjadi di Lombok. Penjelasan bencana itu bukan menakuti wisatawan, tapi bisa menjadi salah satu materi yang disampaikan ketika melakukan interpretasi.
“Wisatawan mendapat pengetahuan baru dan semakin bijak dalam menjaga alam,’’ katanya.
Setelah materi sejarah geologi dan mitigasi bencana, peserta dibimbing untuk menyusun paket geowisata di Sambelia. Selama ini aktivitas pariwisata yang sudah berjalan adalah snorkeling, menyelam, dan keliling dengan perahu. Dalam penyusunan paket ini, para pegiat wisata diharapkan bisa menyusun paket yang ada unsur edukasi dan konservasi. Misalnya ada edukasi tentang ekosistem mangrove, edukasi ekosistem terumbu karang, dan edukasi sejarah geologi Lombok. Selain itu, menjadi satu paket wisata mengajak wisatawan untuk menanam mangrove, penanaman terumbu karang, dan penghijauan di kawasan Sambelia.
“Paket seperti ini bisa menjadi pengalaman baru bagi wisatawan,’’ kata Meliawati, Manajer Kerjasama dan Penelitian Geopark Rinjani yang juga salah seorang pemateri dalam workshop ini.
Geopark Rinjani yang memiliki jejaringan nasional dan internasional, banyak mendapatkan informasi pengembangan geowisata di negara lain. Trend wisatawan yang peduli dengan kelestarian lingkungan semakin meningkat, begitu juga dengan kesadaran wisatawan untuk sebuah paket qulity tourism. Menurut Meli, ke depannya yang dibutuhkan bukan lagi banyaknya wisatawan, tapi pariwisata yang semakin berkualitas.
“Mass tourism terbukti menjadi masalah baru bagi lingkungan, konsep quality tourism bisa dicoba oleh teman-teman di Sambelia,’’ katanya.
Agar peserta workshop bisa menerapkan hasil pelatihan, dalam kegiatan ini digelar juga simulasi. Bukan sekadar simulasi di dalam kelas pelatihan, tapi langsung ke lokasi wisata. Peserta terjun ke lapangan sebagai seorang pemandu geowisata yang sedang membawa tamu. Mereka menyusun kebutuhan kepemanduan, materi yang akan disampaikan ke peserta, hingga evaluasi kegiatan kepemanduan.
“Kegiatan ini kami desain berdasarkan standar kompetensi seorang pemandu geowisata,’’ kata Fathul Rakhman, Manajer Pemberdayaan Masyarakat Geopark Rinjani.
Menurut Fathul, workshop yang disesuaikan dengan standar kompetensi kepemanduan geowisata akan memudahkan ketika ada sertifikasi pemandu geowisata. Standar yang sudah ditetapkan oleh Kementerian Tenaga Kerja itu sesuai dengan kebutuhan sehari-hari di lapangan.
“Kalau sudah simulasi beberapa kali sesuai standar kompetensi itu, peserta sudah bisa memandu tamu secara profesional,’’ katanya.
Kepala Cabang Dinas Kelautan Kawasan Pulau Lombok DKP Provinsi NTB Abdul Rahman mengapresiasi kegiatan workshop ini. Beberapa peserta adalah kader konservasi dan aktif di dalam kelompok pengawasan masyarakat. Dengan pengetahuan dan skill tambahan ini, mereka bisa memasuki dunia pariwisata.
“Pemerintah siap mendukung. Beberapa program ke depannya juga bisa dimanfaatkan untuk mendukung pariwisata,’’ katanya.
Sekretaris Desa Padak Guar Gusti Ngurah Aryawan Asasandi mengatakan, Desa Padak Guar memiliki potensi pariwisata. Keindahan bawah laut, gili, pesisir pantai, dan kekayaan budaya adalah potensi yang bisa dikembangkan. Workshop yang digelar oleh Geopark Rinjani, WCS NTB, dan IAGI NTB tersebut mendukung pengembangan pariwisata.
“Pariwisata bisa berkembang dengan SDM yang bagus. Kegiatan ini tentu saja bagian untuk meningkatkan SDM pariwisata,’’ katanya. (onk-RLUGGp)