RANGKAIAN SEMINAR PENDAHULUAN KAJIAN LITBANG DIMULAI

Rangkaian kegiatan kajian yang dianggarkan dalam DPA bidang Litbang Bappeda Prov. NTB telah dimulai. Kegiatan ini diawali dengan seminar pendahulan tahap pertama yang diadakan pada hari Kamis, 28 Februari 2018 bertempat di ruang rapat Bandar Kayangan kantor Bappeda Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Hadir dalam seminar pendahuluan ini, para peneliti tiga topik yang diseminarkan, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Prov. NTB, Ir. Lalu. Hamdi, M.Si., Kabid Litbang Bappeda, Retno Untari, S.Si, M.Kes., dan para perwakilan dari beberapa stakeholder terkait di daerah Nusa Tenggara Barat seperti Dinas Perindustrian, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Dinas Ketahanan Pangan, Dinas Pemuda dan Olahraga, Dinas Pariwisata Provinsi NTB, serta dari Universitas Muhammadiyah Mataram yang diwakili oleh Wakil Rektor I Dr. Harry Irawan Johari, MSi, dari Balai Taman Nasional Gunung Rinjani, Badan Promosi Pariwisata Daerah, Tim Geopark Tambora dan Geopark Rinjani.

Topik pertama yang diseminarkan adalah kajian “Karakteristik dan Pengembangan Potensi Geodiversity di Kawasan Geopark Rinjani.” Menurut pemateri Misbahib Haraha, kajian ini bertujuan untuk memperkuat pengembangan Geopark Rinjani di wilayah Pulau Lombok bagian selatan yang meliputi administrasi 3 kabupaten yakni : Lombok Barat, Lombok Tengah, dan Lombok Timur dengan luas total ±110.836, 64 Ha.

Pengembangan kawasan Geopark Rinjani ke suluruh kawasan pulau Lombok ini, merupakan tindak lanjut dari rekomendasi UNESCO yang menjadikan Geopark Rinjani sebagai “UNESCO Global Geopark” pada april 2018 nanti. Branding “UNESCO Global Geopark” akan menjadi daya tarik wisata yang dapat memberikan kontribusi pendapatan bagi daerah. Untuk itu, eksplorasi potensi pengembangan kawasan geopark wilayah selatan pulau Lombok ini menjadi penting untuk dilakukan dalam rangka menggali aspek-aspek kepariwisataan yang dapat dijadikan komoditas pariwisata unggulan daerah, seperti aspek konservasi, edukasi, dan pengembangan nilai ekonomi lokal.

Beberapa masukan dan saran terkait dengan topik pertama ini, disampaikan oleh Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan, Ir. Lalu Hamdi, M.Si yang memberi penekanan pada penguatan data, dengan harapan bahwa output penelitian yang dihasilkan lebih berkualitas agar dapat dijadikan pedoman bagi pemerintah daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat dalam merumuskan kebijakan terkait dengan pengembangan kawasan geopark tidak hanya di pulau Lombok namun juga di pulau Sumbawa.

Selain itu, masukan atau saran juga disampaikan oleh perwakilan dari Dinas Perindustrian, Dinas ESDM Provinsi NTB dan Perwakilan Universitas Muhammadiyah Mataram. Masing-masing menyoroti beberapa hal, seperti; (1) Agar kajian yang dilakukan dapat memetakan bagaimana pengembangan potensi geodiversity memiliki keterhubungan dengan peningkatan nilai tambah pengembangan sektor pariwisata yang sedang gencar-gencarnya dilakukan oleh Pemerintah Provinsi NTB, (2) Fokus penelitian agar dipertajam untuk mengembangkan potensi situs geologi sebagai komoditas yang dapat “dijual” untuk menarik minat wisatawan, (3) Dengan lebih mencermati atau mengidentifikasi karakteristik geodiversity yang dimiliki oleh kawasan Geopark Rinjani, diharapkan penelitian ini dapat memunculkan “jargon wisata” yang menjadi identitas pembeda kawasan wisata ini dengan destinasi pariwisata lainnya di wilayah NTB.

WhatsApp Image 2018-03-07 at 2.29.53 PM

Topik berikutnya yang diseminarkan adalah kajian tentang “Modal Sosial dalam Penanggulangan Kemiskinan Menuju Kesiapan Masyarakat sebagai Upaya Pembentukan Geopark Tambora di Desa Pancasila.” Menurut pemateri, Dr. Ibrahim, M.Sc, modal sosial yang dimanfaatkan dan difasilitasi secara baik dapat menjadi kekuatan untuk membebaskan masyarakat desa dari masalah kemiskinan. Karenanya, kajian ini akan berusaha mengidentifikasi jenis-jenis modal sosial yang berpotensi memberikan kontribusi terhadap upaya penanggulangan kemiskinan di Desa Pancasila. Pada akhirnya, diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan dan bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam merumuskan program kebijakan yang berkesinambungan terkait penanganan kemiskinan dengan mengandalkan modal sosial masyarakat melalui pengembangan Geopark Tambora.

Sebagai tanggapan atau masukan, Kepala Bidang Industri Agro Dinas Perindustrian NTB, Sativa Wiwiek mempertanyakan dan meminta peneliti untuk memberikan argumentasi ilmiah, terkait dengan pemilihan Desa Pancasila sebagai daerah objek penelitian. Karena menurutnya, masih banyak daerah lain yang lebih representatif untuk menggambarkan kondisi kemiskinan masyarakat Tambora. Selain itu, Wiwiek juga menyarankan peneliti untuk menggunakan alat analisis yang tepat agar dapat menghasilkan rekomendasi yang lebih tajam. Sementara itu, Dr. Harry Irawan Johari dari Universitas Muhammadiyah Mataram, meminta peneliti untuk memperhatikan variabel-variabel yang digunakan agar dapat merepresentasikan daerah-daerah lain. Sehingga rekomendasi yang dihasilkan representatif dan dapat diaplikasikan di tempat lain dengan syarat memiliki karakteritik daerah yang sama.

Materi ketiga disampaikan oleh Amirul Mukminin yang merupakan Manajer Kebudayaan dan Pemberdayaan Masyarakat Geopark Tambora. Kajian berjudul “Pengembangan Culture Diversity di Kawasan Geopark Nasional Tambora” bertujuan untuk mengidentifikasi kebudayaan, memetakan potensi, dan menyusun strategi pengembangan Kawasan Geopark Tambora, serta menyusun rekomendasi untuk Pemerintah Daerah Provinsi NTB. Melalui penelitian ini, berbagai kekayaan dan keragaman budaya yang dimiliki NTB di kawasan Tambora dapat dieksplorasi menjadi daya tarik wisata yang dapat memberikan kemanfaatan ekonomi bagi masyarakat. Rekomendasi yang dihasilkan nantinya diharapkan tidak hanya dapat melestarikan budaya yang ada, namun juga dapat menghidupkan kembali budaya-budaya yang terpinggirkan atau tidak berkembang namun memiliki potensi melalui strategi-strategi tertentu.

Menurut Dr, Harry, rekomendasi untuk memunculkan kembali budaya masyarakat di daerah Tambora mesti memperhatikan teknik analisis atau metode seperti apa yang akan digunakan untuk menghidupkan kembali budaya yang dimaksud. Hal ini untuk menghindari potensi timbulnya pro dan kontra atau protes seperti yang terjadi di Kota Mataram. Sehingga pengalaman di Mataram dapat jadi pembelajaran agar hal serupa tidak terulang kembali. Masukan lainnya dari audiens, mengusulkan agar penelitian tentang kebudayaan di kawasan Tambora dapat melahirkan narasi sistematis terkait dengan cerita sejarah yang dapat menjadi lambang peradaban dan kebudayaan yang pernah pernah hidup di wilayah tersebut. Narasi ini nantinya dapat dikemas menjadi informasi yang bermanfaat dan menarik minat wisatawan yang ingin mengetahui lebih jauh tentang sejarah kawasan Tambora.

Masukan dan saran terkait dengan topik ketiga kajian yang telah dipaparkan menjadi penutup dari rangkaian Seminar Pendahuluan Kajian Litbang Bappeda Prov. NTB tahap pertama. Selama dua bulan ke depan para peneliti akan menggali lebih dalam berbagai topik-topik yang telah diseminarkan. Kabid Litbang, Retno Untari S.Si, M.Kes mengharapkan berbagai penelitian yang dilakukan ini dapat melahirkan rekomendasi kebijakan yang tidak hanya baik namun juga implementatif. Retno juga berharap berbagai masukan yang disampaikan pada seminar awal ini dapat memperkaya dan memberikan pencerahan kepada para peneliti sehingga mampu menghasilkan output penelitian yang maksimal. Menutup seminar, Retno Untari menyampaikan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah hadir, semoga kegiatan ini dapat memberikan sumbangsih dalam ikhtiar kita bersama untuk membangun NTB.