Program School to Geopark : Asyiknya Mendengarkan Bebatuan Bicara.

Pada Rabu pagi 20 November 2019 lalu, Pura Batubolong yang merupakan situs geologi sekaligus situs budaya Geopark Rinjani Lombok nampak lebih ramai dari biasanya. Puluhan siswa-siswi dari SMAN 1 Batulayar ditemani bapak dan ibu gurunya nampak antusias menelusuri situs yang hanya berjarak 4 kilometer saja dari sekolah mereka. Selain didampingi oleh bapak dan ibu guru, para siswa juga didampingi oleh Pak Kusnadi dan Ibu Meliawati, para geologist yang berasal dari Dinas ESDM Provinsi NTB dan  Dewan Pelaksana Geopark Rinjani Lombok sebagai interpreter buat mereka hari itu.

Kegiatan hari itu merupakan kelanjutan dari kegiatan Geopark Goes to School yang telah dilaksanakan secara indoor di  sekolah, yang mana tim dari Dinas ESDM Provinsi NTB dan Badan Pengelola Rinjani-Lombok UGGp bertandang ke sekolah dan menyampaikan materi-materi tentang Geopark. Sebagai tindak lanjutnya, Dinas ESDM NTB dan DPH Rinjani Lombok UNESCO Global Geopark bekerjasama dengan pihak sekolah kemudian mengadakan kegiatan bertajuk School  to Geopark, dimana kini giliran para siswa-lah yang turun ke lapangan.

Menurut Pak Kusnadi dari Dinas ESDM NTB selaku koordinator acara, kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan edukasi lapangan bagi para siswa tingkat menengah  untuk menunjukkan secara langsung fenomena dan keragaman geologi, biologi dan budaya di geosite-geosite Geopark Rinjani Lombok. “Tema school to geopark kali ini sama seperti nama jalur geowisata 1 yang telah ditentukan di Geopark Rinjani yakni Menelusuri Jejak Gunungapi purba di pesisir barat Pulau Lombok. Penentuan lokasi berdasarkan pertimbangan bahwa jalur geowisata ini  berada dekat dengan SMAN 1 Batulayar serta rumah dari kebanyakan siswa-siswi sekolah tersebut”, Jelasnya.

Ada 3 lokasi yang dikunjungi oleh 50 siswa-siswi peserta school to geopark pada hari itu, yakni Pantai Batu Bolong, Taman Wisata Alam Kerandangan dan Pantai Nipah. Di Geopark Rinjani-Lombok, mulai dari Pantai Batu Layar hingga ke pantai Nipah, gugusan bebatuannya disebut sebagai geosite Pantai Vulkanik Batu Layar, sedangkan TWA Kerandangan adalah salah satu warisan alam (biological heritage) yang menyimpan kekayaan flora-fauna tipe peralihan Asia-Australia. Interaksi antara keragaman geologi, alam dan manusia ini lah yang selanjutnya melahirkan budaya lokal masyarakat (cultural heritage).

Di Pantai Batu Bolong, siswa-siswi diterangkan tentang proses pembentukan Pulau Lombok oleh Ibu Meliawati atau yang biasa disapa Meli. “Diawali oleh aktivitas vulkanik gunung api purba berpuluh-puluh juta tahun silam. Bahkan, aktivitas gunungapi yang terbentuk akibat peristiwa geologi itu masih dapat dirasakan dan dipelajari hingga saat ini”, Kata  Meli Geologist jebolan UGM yang saat ini menjabat sebagai Manajer Konservasi, Mitigasi Bencana dan Perubahan Iklim di Dewan Pelaksana Rinjani Lombok UNESCO Global Geopark yang sehari-harinya berkantor di Bappeda Provinsi NTB.

Selanjutnya  Meli menerangkan, bahwa terdapat 3 komplek gunungapi yang pernah terbentuk di Geopark Rinjani Lombok, yaitu Gunungapi purba Nangi-Punikan, Gunungapi Purba Sembalun dan Komplek Gunungapi Rinjani. Hasil-hasil aktivitas gunungapi purba Nangi Punikan ini lah yang saat ini dapat dilihat di sepanjang pesisir barat Lombok termasuk Pantai Batu Bolong. Pantai Batu Bolong sendiri adalah situs Geologi sekaligus situs budaya (Pura Batu Bolong) di Geopark Rinjani-Lombok. “Geosite ini dapat memberikan gambaran tentang proses keluarnya magma menjadi lava yang terus mengalir dan membeku menjadi batuan”, paparnya bersemangat.

“Disamping proses terbentuknya batuan, para siswa belajar dan menyaksikan sendiri bahwa proses-proses Geologi tidak berhenti hanya sampai terbentuknya batuan tetapi masih berlangsung hingga saat ini. Batuan-batuan yang tersingkap di pesisir barat Lombok masih mengalami proses Geologi berupa pelapukan dan erosi, baik erosi oleh angin maupun abrasi. Setelah melakukan pelapukan menjadi tanah, tanah vulkanik yang dihasilkan ini menjadi tempat tumbuhnya tanaman-tanaman dan tempat tinggal berbagai makhluk hidup di Lombok bagian barat”, Jelas  Meli menggunakan meghaphone dibawah sinar matahari yang cukup menyengat siang itu.

Setelah puas berkeliling dan mempelajari tentang batuan vulkanik jejak Gunungapi Purba Nangi-Punikan, rombongan para siswa selanjutnya diajak mengunjungi rumah Kupu-kupu Raja Helena yang merupakan jenis kupu-kupu endemik Nusa Tenggara yang juga terdapat di Taman Wisata Alam  (TWA) Kerandangan. Tempat ini berjarak kurang lebih 12 menit saja dari Batubolong menggunakan sepeda motor. TWA ini juga adalah bagian dari gunungapi purba Nangi-Punikan. Disebut Taman Wisata Alam Karena kawasan wisata ini merupakan taman wisata yang terbentuk secara alami.  Saat ini TWA Kerandangan berada dibawah pengelolaan Balai Konservasi Sumber Daya Alam  (BKSDA) NTB.

“Di Taman Wisata Alam Kerandangan terdapat berbagai flora-fauna endemik Pulau Lombok dan Nusa Tenggara. Adapun jenis flora yang dapat ditemui adalah Kelicung , yang merupakan tanaman khas NTB. Sedangkan untuk fauna, di kawasan ini dapat ditemui kupu-kupu Troides helena, Burung gosong kaki merah, ular phyton, celepuk rinjani serta sederet burung-burung yang dapat diamati melalui aktivitas bird watching”, kata Meli berpromosi kepada para siswa setibanya di lokasi.

Selain keragaman flora-fauna, dari sisi geologi, para siswa juga dapat belajar jenis-jenis sungai yang ada ditepat itu, antara lain sungai permanen (sungai yang selalu dialiri air), sungai periodik (sungai yang dialiri air saat musim hujan) dan sungai episodik (sungai yang hanya dialiri air sesaat setelah hujan).  “Di TWA Kerandangan ini juga terdapat   beberapa air terjun indah namun hanya dapat ditemui saat musim hujan saja, Tempat ini juga merupakan bagian dari geosite  Geopark Rinjani-Lombok”, pungkasnya sambil memberikan kesempatan para siswa bertanya.

Lokasi terakhir yang dikunjungi para peserta adalah Pantai Nipah, lokasinya berjarak sekitar 20 menit perjalanan dari TWA Kerandangan. Disini para siswa dapat melihat dan menikmati pemandangan alam yang terbentuk akibat proses geologi berjuta-juta tahun lalu. Pantai ini terkenal sebagai lokasi favorit wisatawan menikmati matahari terbenam. Di akhir acara, diadakan fun games berupa kuis untuk para peserta yang terbagi menjadi 3 kelompok. Kuis ini bertujuan untuk mengevaluasi kegiatan dan sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi-materi yang telah disampaikan. Kuis ini merupakan penutup yang manis dengan aneka souvenir cantik sebagai hadiah untuk kelompok yang mampu menjawab aneka pertanyaan. (meiva/Ram/BP-RLUGG)