NTB sejahtera dan mandiri adalah salah satu dari enam misi Pemerintah Provinsi NTB untuk mewujudkan visi NTB yang Gemilang. Hal ini dapat dicapai melalui penanggulangan kemiskinan, mengurangi kesenjangan, dan pertumbuhan ekonomi inklusif yang bertumpu pada agribisnis / pertanian, pariwisata dan industrialisasi. Penanggulangan kemiskinan merupakan salah satu fokus pembangunan di Provinsi NTB. Program strategis yang diturunkan dari misi NTB sejahtera dan mandiri ada 3 yaitu pertanian / agribisnis dan investasi progresif, pariwisata andalan, dan industrialisasi unggul.
Terkait dengan program strategis pertanian / agribisnis dan investrasi progresif, Pemerintah Provinsi NTB di bawah perangkat daerah utama Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi NTB dan dengan dukungan perangkat daerah lainnya mempunyai program unggulan Kampung Unggas dan Industri Pakan ternak. Program unggulan Kampung Unggas berada di bawah Program Pembangunan Daerah Penyediaan dan Pengembangan Prasarana Pertanian, program Peningkatan Produksi dan Produktivitas ternak, Program Peningkatan Teknologi Peternakan, Program Penyediaan dan Pengembangan Sarana Pertanian, dan Program Penyuluhan Pertanian.
Kampung unggas adalah suatu lokasi yang disana dipusatkan pengembangan unggas. Unggas terdiri dari ayam buras, ayam layer (petelur), ayam broiler (pedaging), dan itik. Ayam buras adalah nama lain selain jenis ayam ras. Contoh – contoh ayam buras adalah ayam kampung, ayam arab, ayam bangkok, ayam kate dan lainnya. Ayam petelur adalah ayam yang khusus diambil telurnya saja. Ayam pedaging adalah ayam ras broiler yang khusus diambil dagingnya saja.
Berdasarkan data dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi NTB, lokasi pertama kali pencanangan kampung Unggas adalah di Desa Teruwai, Kecamatan Pujut. Ditujukan untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga bagi wanita tani dan meningkatkan pendapatannya. Didirikan Tahun 2014 dengan jumlah 17 kelompok kampung unggas.
Berdasarkan data dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi NTB, potensi kelompok ternak unggas di Provinsi NTB tersebar di 10 kab/kota dengan rincian sebagai berikut. Di Kota Mataram, ada 4 kelompok dengan 2.000 populasi. Di Lombok Barat, ada 31 kelompok dengan 9.200 populasi. Di Lombok Tengah, 35 kelompok dengan 11.200 populasi. Di Lombok Timur, 101 kelompok dengan 26.000 populasi. Di Lombok Utara, 2 kelompok dengan 1.000 populasi. Di KSB, ada 6 kelompok dengan 3.000 populasi. Di Sumbawa, ada 22 kelompok dengan 11.000 populasi. Di Kabupaten Dompu, ada 2 kelompok, dengan 1.000 populasi. Di Kabupaten Bima, ada 2 kelompok dengan 1.000 populasi. Di Kota Bima, ada 4 kelompok dengan 2.000 populasi.
Populasi yang paling banyak ada di Kabupaten Lombok Timur dengan 101 kelompok. Populasi yang paling sedikit ada di Kabupaten Dompu dan Lombok Utara, masing-masing dengan 1.000 populasi dan 2 kelompok.
Berdasarkan data dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi NTB, produksi daging unggas di NTB Tahun 2020 sebanyak 57.608 ton, tingkat konsumsi 12,26 kg/kap/tahun (ayam ras, buras dan itik) dengan tingkat kebutuhan daging NTB 3,63 kg / kap / tahun. Artinya produksi daging unggas di NTB mengalami surplus.
Menurut saya, kelebihan daging dapat diolah menjadi ayam presto, abon ayam dan produk olahan lainnya kemudian dikemas dengan kemasan yang baik yang dapat tahan lama. Dengan demikian, daging olahan tersebut dapat dijual ke luar daerah.
Melalui program unggulan kampung unggas diharapkan terpenuhi kebutuhan daging, telur bagi masyarakat di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Daging unggas dan telurnya dapat menggantikan kebutuhan terhadap daging sapi bagi orang yang tidak mampu membelinya.
Selain itu, untuk menyerap tenaga kerja untuk bekerja di bidang budidaya ternak ayam buras, budidaya ayam petelur, budidaya ayam pedaging, dan budidaya itik. Hal ini diharapkan akan mengurangi angka pengangguran terbuka.
Manfaat lainnya adalah memberikan peluang penelitian dan pengembangan bagi pengembangan benih unggul untuk ayam pedaging dan ayam petelur. Diharapkan dalam waktu yang singkat dapat meningkatkan berat ayam pedaging dan meningkatkan produksi ayam petelur.
Selain itu, rencana pelaksanaan event motor GP dan world super bike di sirkuit mandalika Lombok Tengah akan dibutuhkan banyak telur untuk konsumsi para wisatawan baik nusantara maupun mancanegara. Program unggulan kampung unggas dapat menjawab kebutuhan tersebut.
Berdasarkan data dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi NTB, proyeksi populasi unggas, telur dan daging Tahun 2018 s.d. 2023 di Provinsi NTB adalah sebagai berikut. Ditunjukkan dalam Gambar 1.
Pada Gambar 1 pola target populasi unggas dari tahun 2018 s.d. 2020 cenderung meningkat. Kemudian polanya mengalami penurunan target dari tahun 2020 menuju tahun 2021. Selanjutnya target ditingkatkan dari tahun 2021 menuju tahun 2022.
Berdasarkan data dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi NTB, berikut ini diagram batang jumlah Ayam Buras, Ayam Layer (petelur), Ayam Broiler dan Itik dari tahun 2018 s.d. 2020.
Berdasarkan diagram batang pada Gambar 2 tampak populasi ayam broiler (pedaging) meningkat dari tahun 2018 s.d. 2020. Sementara, ayam buras mengalami penurunan dari tahun 2019 menuju tahun 2020. Di sisi lain ayam layer mengalami peningkatan populasi dari tahun 2018 s.d. 2020. Terakhir, itik mengalami penurunan populasi dari tahun 2019 s.d. 2020.
Menurut saya, perlu dukungan program untuk meningkatkan populasi ayam layer (petelur). Misalkan dengan peningkatan kualitas pakan ayam, mendatangkan benih ayam layer (petelur) dari luar daerah, menambah kelompok tani ternak.
Program unggulan kampung unggas perlu dilakukan percepatan. Dengan cara melakukan inovasi – inovasi dan membangun kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten / Kota. Inovasi yang dimaksud misalkan memanfaatkan bibit unggul baik ayam buras, ayam layer (petelur), ayam broiler, maupun itik hasil – hasil riset perguruan tinggi.
Kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten / Kota dapat melalui kerjasama pendanaan. Misalkan di suatu kecamatan A akan dibagun sejumlah kampung unggas. Pemprov dan Pemkab/Pemkot bersinergi dalam membangun kampung unggas di Kecamatan A. Bentuk kerjasamanya misalkan Pemprov menyiapkan anggaran, Pemkab/Pemkot menyiapkan kelompoknya dan lokasinya.
Selain itu program unggulan kampung unggas dapat ditawarkan kepada NGO (Non Governmental Organization) dan perguruan tinggi. Bentuk kerjasama dengan NGO dalam hal menyerap hasil produksi kelompok tani ternak. Misalkan restoran dan perhotelan membeli daging ayam dan telur yang dihasilkan dengan harga yang layak.
Bentuk kerjasama dengan perguruan tinggi dalam hal riset bibit unggul dan teknologi pengolahan daging unggas dan telurnya. Riset bibit unggul unggas melalui pemerintah menyiapkan anggaran untuk membiayai penelitian – penelitian para guru besar di perguruan tinggi. Hasil penelitiannya diserahkan kepada Pemerintah Provinsi NTB melalui Bidang Litbang Bappeda.
Adapun kerjasama dengan perguruan tinggi terkait teknologi pengolahan daging unggas dan telurnya adalah dengan melibatkan mahasiswa fakultas teknologi pangan di tingkat akhir untuk menyusun skripsi tentang inovasi produk olahan daging unggas dan telur. Dukungan Pemprov NTB misalkan fasilitasi data dan informasi tentang unggas dan surat izin penelitian.
Berdasarkan uraian – uraian di atas program unggulan kampung unggas merupakan program yang berkelanjutan. Layak untuk dipertahankan kedepannya. Dengan program ini diharapkan dapat mencukupi kebutuhan telur dan daging minimal bagi fakir miskin dan wanita tani ternak untuk mencukupi kebutuhan gizi keluarga dan meningkatkan pendapatannya. Akhir kata, semoga tulisan ini bermanfaat dan membantu menyebarluaskan program unggulan kampung unggas Pemerintah Provinsi NTB. Tiada gading yang tak retak, masukan dan saran diharapkan untuk perbaikan selanjutnya.
(Penulis: Muji Burrahman)