Pemandu Wisata Trekking Rinjani, Siap Naik Kelas Menjadi Interpreter ?

Status UNESCO Global Geopark yang disandang Rinjani-Lombok Geopark yang berada di NTB semakin menyemangati pemerintah dan masyarakat untuk berbenah. Warisan alam berkelas dunia ini harus pula didukung oleh kualitas sumber daya manusia yang handal sebagai pemain utama dalam upaya melesatarikan warisan bumi, mensejahterakan masyarakat.

Kalau kita tilik sejarah perkembangan wisata gunung Rinjani di era 90-an,  istilah bisa karena biasa sepertinya pas untuk menggambarkan kehidupan para pemandu wisata trekking (baca: guide) yang ada di Senaru kala itu. Banyaknya wisatawan asing mendaki gunung waktu itu membuat mereka mau tidak mau belajar bahasa asing secara mandiri.  Minimnya kemampuan tidak menghalangi semangat masyarakat Senaru untuk memulai membangun industri pariwisatanya. Dari modal nekat itu  hasilnya kini  telah mampu menghidupi dan memberikan begitu banyak kesejahteraan untuk banyak orang hingga hari ini. Walau dengan tingkat pendidikan yang rata-rata hanya lulusan SLTA, bahkan banyak yang tidak pernah mengenyam pendidikan formal sama sekali, tetapi dengan modal kemampuan seadanya itu, pelan tapi pasti kemampuan ber cas cis cus mereka dengan wisatawan asing saat ini telah berkembang pesat, yang awalnya hanya modal nekat dan belajar autodidak.

Waktu itu, belajar bahasa inggris bagi mereka bisa dari apa saja. Yang ada disekitar mereka.  Sehingga dari urusan belajar dari apa saja ini kerap muncul hal lucu. Seperti penuturan seorang guide peserta pelatihan yang menceritakan pengalaman pertamanya saat dulu modal nekat menjadi guide gunung. Ditengah perjalanan saat bersama tamunya mendaki gunung Rinjani, waktu hendak beristirahat, dengan ‘pede-nya’ Ia meminta tamunya berhenti dengan mengatakan “We pause here Sir”. ( maksudnya : tuan, kita istirahat disini yuks). Rupanya kata ‘pause’ ini dia pelajari dari tulisan yang ada di tombol tape recorder yang ada di rumahnya, tulisan ‘play’ artinya mainkan, tombol ‘pause’ artinya berhenti.

Nah sekarang suka duka belajar otodidak para guide Senaru seperti kisah diatas pelan tapi pasti hanya tinggal cerita. Karena atensi pemerintah pusat dan daerah, di era sekarang ini, untuk meningkatkan kemampuan para pelaku wisata dari hari ke hari terus meningkat dengan gelaran berbagai program pelatihan peningkatan skill dan kapasitas lainnya. Seperti yang telah dilakukan oleh Bidang Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pariwisata Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lombok Utara selama 3 hari sejak tanggal 2 sampai 4 Desember 2019 lalu, yaitu melakukan pelatihan pemandu wisata trekking yang ke-2 kalinya setelah sebelumnya dilaksanakan pada bulan Juli 2019 silam.

Pelatihan pemandu wisata trekking kali ini merupakan dukungan dari pemerintah pusat melalui Kementerian Pariwisata. Sejumlah 50 orang pemandu wisata (guide) yang sebagian besar berasal dari Desa Senaru, Kecamatan Bayan, KLU  mengikuti pelatihan intensif selama 3 hari bertempat di aula Pondok Senaru.

Narasumber yang dihadirkan untuk memberikan materi berasal dari berbagai instansi seperti Himpunan Pramuwisata (HPI) NTB, Taman Nasional Gunung Rinjani, Geopark Rinjani – Lombok, Sekolah Tinggi Pariwisata Mataram, BPBD NTB, BASARNAS – Mataram dan Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia (APGI). Badan Pelaksana Rinjani Lombok UNESCO Global Geopark (BP-RLUGGp) sendiri diiwakili oleh Manager Trekking dan Geowisata Lalu Budi Karyawan dan Ibu Meliawati selaku Manager Konservasi, Mitigasi Bencana dan Perubahan Iklim. Materi pelatihan pemandu wisata trekking yang diberikan cukup komprehensif mulai dari pengetahuan dasar kepemanduan, geopark, geologi dasar hingga materi tentang Pertolongan Pertama dan pengetahuan tentang Search And Rescue (SAR).

Dengan status UNESCO Global Geopark yang kini disandang Geopark Rinjani Lombok, kedepan, strategi dalam peningkatan ekonomi masyarakat akan lebih diarahkan melalui pengembangan geowisata di kawasan geopark.Untuk mengembangkan geowisata, peserta juga diberikan cara pandang lain dalam menyusun paket wisata (geowisata). Paket geowisata adalah paket tematik yang menggabungkan potensi geologi, flora-fauna dan budaya di lingkungan sekitar. Dari materi-materi yang diberikan kepada para Guide, ke depan diharapkan pemandu-pemandu wisata trekking ini diharapkan akan ‘naik kelas’, tidak hanya sekedar menjadi pemandu dan petunjuk jalan saja, tetapi akan menjadi interpreter geowisata yang lebih bonafit dan berkelas. Karena seorang interpreter itu bukan hanya jago memandu dan melayani kebutuhan tamu di lapangan, tetapi mereka juga memiliki wawasan yang lebih luas terkait dengan kekayaan alam yang ada di Gunung Rinjani dari sisi geologi, biologi dan budayanya. Sehingga nantinya wisatawan tidak hanya sekedar berwisata ditemani sang interpreter, mereka juga nantinya akan berdiskusi dan berbagi ilmu pengetahuan.  Nah para guide, sudah siap naik kelas ?(meiva-ram/DP-RLUGGp)