Libur Telah Tiba, Sampah Berserakan di Destinasi Wisata Salah Siapa ?

Mulai minggu ini libur bagi siswa siswi sekolah di semua tingkatan pendidikan. Rencana liburan menjadi aktifitas yang sangat ditunggu oleh anak-anak kita. Yang menjadi favorit kegiatan liburan adalah mengunjungi tempat-tempat wisata baik yang ada di dalam daerah daerah hingga ke luar daerah bahkan ke luar negeri, dari mengunjungi wisata alam hingga kegiatan wisata buatan dan alteratif. Hal ini menjadi peluang besar bagi para pelaku wisata, peluang bagi pemerintah daerah dalam mendapatkan PAD dari sektor pariwisata. Istilah dalam pariwisata semakin banyak dan semakin lama masa tinggal wisatawan maka semakin besar peningkatan PAD karena aktifitas wisata dan turunannya.

Pertanyaan mendasar saat ini adalah sudah siapkah destinasi-destinasi wisata kita? Sudah siapkah SDM-SDM pariwisata kita? Sudah siapkah infrastruktur pendukung pariwisata yang ada?. Pada artikel kali ini kami mencoba mengamati kesiapan destinasi wisata dalam menghadapi musim libur sekolah. Memang betul musim liburan mendongkrak kedatangan dari para wisatawan baik wisatawan lokal dan domestik, ditambah lagi pada akhir tahun menjadikan wisatawan manca negara juga turut meningkat. Tempat-tempat wisata /destinasi baik yang secara standar biasa hingga destinasi favorit dan eksklusive banyak di kunjungi wisatawan. Akan tetapi dari pantauan dilapangan tantangan terhadap pengelolaan sampah di destinasi wisata menjadi semakin besar. Beberapa destinasi wisata yang bersifat murah meriah menjadi tempat yang paling banyak dikunjungi oleh kebanyakan masyarakat lokal, akan tetapi pengelolaan sampah berbanding lurus dengan banyaknya wisatawan. Sampah semakin tidak terkontrol, pelaku wisata lokal (masyarakat sekitar) juga kurang sigap dalam mengantisipasi sehingga sampah banyak berserakan dan sangat mengganggu keindahan destinasi yang diharapkan dapat menjadi magnet kedatangan dari wisatawan. Beberapa lokasi yang sempat kami datangi dan menjadi masalah dalam pengamatan diantaranya pantai gading, pantai penyu, pantai loang baloq.

Dari hasil pantauan, permasalahan minimnya sarana persampahan yang ditempatkan di  destinasi juga menjadi permasalahan selain tidak adanya gerakan-gerakan kecil berupa upaya prefentif dari para pengelola/masyarakat sekitar detinasi jika mulai terlihat adanya munculnya sampah. Jika gerakan prefentif ini dilakukan diharapkan juga bisa menjadi media pembelajaran bagi wisatawan agar lebih peduli dengan sampah yang menjadi residu bawaannya.

Semoga destinasi lainnya sudah lebih siap mengantisipasi lonjakan wisatawan serta potensi sampah yang dibawa oleh kegiatan pariwisata. Pemerintah daerah perlu lebih sigap dalam mengantisipasi potensi timbulan sampah dari kegiatan wisatawan ini dengan langkah-langkah preventif. Semoga Lombok, NTB semakin lebih baik dan siap menjadi destinasi wisata unggulan yang bersih dan ramah lingkungan. (Misbahib Haraha/DP-RLUGGp)