Hadir dalam kesempatan tersebut Sekretaris Bappeda NTB Dr.Mahjulan bersama sejumlah staf yang mewakili Kepala Bappeda NTB Dr. Ir. H. Iswandi M.Ss. Mereka disambut oleh Lurah Pejanggik Rahmat Fakhrurezi, SP, MM bersama sekretaris lurah Ih-sanul Fauzi, ST.
Staf Bappeda NTB Priyo Sucahyo, SKM mengatakan Jumat salam merupakan kegiatan yang diinisias Pj Gubernur NTB. Tujuannya adalah untuk menjalin slaturahmi dan menggal informasi dan data masyarakat. Salah satunya terkait dengan masalah stunting dan kemiskinan. “Khususnya hari ini di Kelurahan Pejanggik. Terkait stunting, kemiskinan, penanganannya, dan potensi-potensi yang ada disini”, kata Priyo Sucabyo saar membuka dialog.
Sekretaris Lurah Pejanggik, Ihsanul Fauzi mengatakan pihaknya memiliki kader, linmas, dan RT untuk mencari berbagai masalah masyarakat. Misalnya terkait dengan masalah stunting, pihaknya turun langsung dan berkoodinasi dengan Puskesmas.
“Sempat ada stunting di Majeluk, kami cepat bergerak dengan Puskesmas, dipantau selama enam bulan dan ini sudah selesai. Juga kami support dengan makan tambahan”, terangnya.
Menurutnya, stunting terjadi karena sejumlah factor. Salah satunya karena keterbatasan ekonomi keluarga, kurang perhatian orang tua hingga karena masih terjadinya perkawinan anak. Namun semua persoalan tersebut di upayakan bisa selesai dengan sumberdaya yang ada dan koodrinasi dengan sejumlah pihak terkait.
Staff Bappeda NTB lainnya, M. Syukri, SP., bertanya terkait kondisi kemiskinan di Kelurahan Pejanggik, sebab target Pemerintah Pusat di tahun 2024 ini yaitu zero atau nol miskin ekstrem di Indonesia. Sekretaris Lurah Pejanggik, Ihsanul Fauzi menuampaikan bahwa data kemiskinan yang dimilikinya berdasarkan DTKS. Dimana masih ada 300-400 KK yang masuk dalam data Masyarakat miskin.
“Kami ada operatornya, diupdate dua kali setahun di awali dengan musyawarah di Tingkat lingkungan, yang dituangkan dalam berita acaara. Jadi berita acara kelurahan ini jadi dasar merubah melalui SIKS NG. jadi APBN sesuai DTKS ini”, katanya.
Lurah pejanggik Rahmat Fakhrurozi, SP., mengatakan tidak semua stunting terjadi karena ekonomi, tapi juga karena pola asuh. Oleh karena itu pihaknya secara intens berkoordinasi dengan puskesmas untuk menghadapi persoalan ini. “Ada warga kami masuk gizi buruk, kami langsung dating untuk berikan makanan bergizi. Jadi setiap dating ke Masyarakat harus bawa logistic”, katanya.
Dalam hal layanan sosial, pihaknya membutuhkan sarana kendaraan, sehingga untuk memperbaiki pelayanan langusng ke Masyarakat, yang perlu didukung sarprasnya tersedia di kelurahan atau desa. “Misalnya sampah Sungai, masalah di hilir harus diperbaiki sejak di dalam perjalanannya. Untuk sampah saat ini TPS memang sudah dikurangi, jadi di sini banyak persoalan. Oleh karena itu untuk bappeda saya harapkan ada perencanaan-perencanaan yang dapat mendukung kelurahan”, terangnya.
Sekretaris Bappeda NTB, Dr. Mahjulan, mengatakan jika ingin serius dalam mengelola sampah, ada beberapa hal yang harus dilakukan. Utamanya yaitu menyiapkan sarana-prasarana dan fasilitasnya. Bak sampah minimal 3 warna untuk memilah sampah, kemudian gerobak sampah minimal empat. Konsep ini bisa dimulai dari Kawasan perumahan terlebih dahulu sebelum ke kampung.
“kita bisa jadikan kelurahan pejanggik ini pilot project Bappeda tentang pengelolaan sampah di Mataram. Bisa juga dengan cara bagaimana sampah bisa jadi alat transaksi. Mau ke puskesmas transaksainya dengan sampah misalnya”, sarannya.