Jumat Salam, Bappeda NTB Dukung Desa Pengadangan Barat Entas dari Kemiskinan Ekstrim dan Stunting

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi NTB menyelenggarakan program Jum’at Salam ke-13 di Desa Pengadangan Barat, Kabupaten Lombok Timur, pada 1 Maret 2024.

Rombongan Tim Jum’at Salam Bappeda NTB yang dipimpin oleh Sekretaris Bappeda (Sekban) Provinsi NTB, Dr. Mahjulan, MP, pada kesempatan ini menyampaikan maksud kedatangannya terkait dengan program Jum’at Salam.

“Kami datang dalam rangka program yang diinisiasi Pj. Gubernur yaitu Jumat Salam. Sebagai silaturahmi ke desa untuk melihat keluhan dan permasalahan yang dihadapi desa. Kami berharap Kades dan Kadus dapat menyampaikan masalah-masalah apa yang dihadapi yang akan kami laporkan ke pimpinan tertinggi sehingga dapat dirumuskan solusinya bersama-sama, juga untuk melihat praktik-praktik baik yang ada di desa,” ungkap Sekban.

Dalam pemaparannya terkait kemiskinan, Sekban menjelaskan, jika satu Kepala Keluarga (KK) memiliki pendapatan perbulan masih dibawah 600 ribu, maka kondisi ini masuk kategori miskin.

Oleh karena itu untuk bantuan terhadap warga miskin diharapkan Kepala Desa dapat memberikan secara tepat sasaran, karena fakta di lapangan masih sering ditemui masyarakat yang sudah beranjak dari kemiskinan tapi masih mendapatkan bantuan.

“Ini bisa dicegah dengan data yang akurat serta sosialisasi, karena kita memiliki target nasional terkait miskin ekstrim nol persen di indonesia. Perangkat desa juga harus mengecek warganya apakah ada masyarakat yang belum mendapatkan bantuan, itu harus menjadi prioritas,” pesannya.

Sementara, Kepala Desa Pengadang Barat, Muhlisin, SE pada kesempatan itu menyampaikan beberapa kasus di desanya,dimana ada warga yang memiliki rumah layak huni namun tidak ada pekerjaan dan pendapatan di bawah 600 ribu sebulan. Sedangkan ada warga yang rumahnya tidak layak huni namun memiliki kebun dan sapi.

Selain itu, Muhlisin juga menyampaikan beberapa persoalan yang ada di desanya, dari persoalan stunting, kemiskinan ekstrim hingga kendala air bersih. Ia mengatakan bahwa di Desa Pengadang Barat, ada 14 dari 500 balita di desa masih stunting, terdapat 4856 jiwa atau 1546 KK, ada 213 KK masih dalam kemiskinan, miskin ekstrem hanya 2 orang.

“Untuk air bersih, Desa Pengadang Barat menggunakan air perpipaan gratis yang dimanfaatkan oleh 6 Dusun yang ada, Pada saat hujan airnya keruh dan ketika musim panas air kerap kering,” ungkapnya sembari menjelaskan bahwa ada mata air di dataran bawah desa namun butuh alat untuk memompa ke bagian atas desa, dari mata air tersebut ada akses yang sudah digunakan oleh PDAM yang dialirkan ke Selong.

“Tahun lalu, Dana Desa Pengadang Barat sebesar 1, 2 Miliar. Tiga persennya diperuntukkan untuk operasional desa,” papar Muhlisin.

Sekban Bappeda NTB menanggapi berbagai persoalan yang dikemukakan oleh Kades Desa Pengadang Barat. Terhadap adanya warga yang mempunyai rumah layak huni namun berpenghasilan rendah dan sebaliknya, Sekban mengatakan bahwa kedua kasus itu tetap masuk dalam katagori miskin, maka desa harus melakukan sosialisasi memberikan pemahaman baik dalam hal kemiskinan maupun kelayakan berkehidupan yang sehat.

Sedangkan terkait air bersih, Sekban menyarankan agar pihak desa berkomunikasi dengan PDAM untuk dibuatkan aliran dari mata air menuju bagian atas desa. Ia menekankan agar dana desa sebaiknya fokus digunakan untuk kebutuhan dasar seperti menurunkan stunting dan kemiskinan ekstrim.

“Kami berharap tahun depan tidak ada lagi persoalan kemiskinan ekstrim dan stunting di desa ini,” harapnya.