Bappeda Provinsi NTB kembali melaksanakan program Jumat Salam di pekan kedua bulan Desember 2023. Tujuan kegiatan Jumat Salam pada Jumat (8/12) yaitu Desa Mumbul Sari, Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara (KLU).
Hadir secara langsung dalam kegiatan ini yaitu Kepala Bidang Perekonomian dan Sumber Daya Alam Bappeda NTB, Iskandar Zulkarnain, ST., M.Si bersama tim seperti Hidayatullah, S.Hut, Johan Efendi, ST dan Priyo Sucahyo, SKM selaku Korlap Jumat Salam Bappeda NTB. Ada banyak potensi yang ada di Desa Mumbul Sari. Salah satu yang cukup menonjol yaitu pertanian cabai, di mana di desa ini terdapat empat dusun yang paling banyak dilakukan penanaman cabai. Potensi cabai di desa ini sudah mulai besar. Indikasinya yaitu modal bisa sampai puluhan juta.
Kepala Desa Mumbul Sari, Mujtahidin mengatakan, kualitas cabai di desa ini bisa dikatakan nomor satu atau sangat unggul. Bahkan dalam tiga tahun terakhir ini, produksi cabai sampai bisa dikirim keluar daerah. Selain cabai, potensi lainnya yang tetap dikembangkan oleh masyarakat yaitu peternakan, pertanian seperti 17 kelompok tani Jagung, padi dan roti, kemudian potensi perkebunan dan perikanan. “Namun kalau cabai kendalanya yaitu harga cabai masih fluktuatif. Saat panen harga tidak sesuai yang diharapkan hanya Rp 10.000 hingga 20.000 per Kg,” ujar Mujtahidin.
Adapun bantuan pemerintah untuk Desa Mumbul Sari diantaranya berupa beras dan kebutuhan pokok lainnya. Ada pula bantuan pipa 4 inch sepanjang 1 km tahun lalu, namun tidak mencukupi kebutuhan air. Untuk mengatasi krisis air bersih di desa ini, pihaknya sudah banyak mengadakan pertemuan dengan pemerintah kabupaten, tapi sejauh ini belum ada yang terselesaikan. Sehingga kami mengharapkan bantuan berupa Pipa HDPE 6 Inch sepanjang 3 km, beserta mesin untuk mengairi air dari sumbernya di desa bagian bawah. Masyarakat di sini juga butuh dibangunkan saluran irigasi, dibuatkan sumur bor 5- 10 unit. Masyarakat juga perlu program atau strategi agar harga cabai tidak fluktuatif,” harapnya.
Terkait dengan kemiskinan dan stunting, Kepala Desa Mumbul Sari Mujtahidin mengatakan, di desa ini terdapat 58 KK dengan status kemiskinan ekstrem. Sementara untuk mengatasi masalah stunting dan kesehatan, 30 persen anggaran Desa sudah dipergunakan untuk urusan kesehatan.
Desa Mumbul Sari terbagi menjadi tiga bagian berdasarkan ketinggian yaitu bagian bawah, tengah, dan atas. Isu utama di desa ini adalah kekeringan, di mana mata air ada, tapi hanya di bagian bawah. Saluran untuk mengaliri air ke bagian atas tidak ada.
“Di Desa ini ada 28 kelompok tani yang kekeringan. Desa bagian atas banyak kelompok perkebunan dan peternakan yang banyak membutuhkan air. Untuk mendapatkan air masyarakat bagian atas harus membelinya setiap minggu dua tank truk dengan harga per tanki sekitar 300 hingga 350 ribu. Bisa sampai 1 juta per minggu,” terangnya.
Terkait dengan aneka potensi dan masalah tersebut, Hidayatullah, S.Hut dari Bappeda NTB mengatakan bahwa salah satu penyebab terjadinya kekeringan di desa bagian atas mungkin juga karena daya tampung vegetasinya sudah tidak baik. Sehingga salah satu solusi jangka panjang yaitu dilakukan perbaikan hutan dan lahan.
Johan Efendi, ST mengatakan, untuk pembangunan sumur bor dananya sepertinya terlalu besar, karena untuk daerah desa dataran tinggi, harus menggali sangat dalam untuk menemukan sumber air. Untuk persoalan ini akan didiskusikan lagi dengan Dinas BPSDM NTB.
Korlap Jumat Salam Bappeda NTB Priyo Sucahyo, SKM mengatakan, untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat, pipa HDPE 6 inch, ini bisa menjadi solusi terbaik. Selain pipa harus dibuatkan penampungan air di masing-masing bagian desa agar air dapat dialirkan dengan lancar.
“Untuk pembangunan saluran irigasi masyarakat bisa menghubungi Dinas PUPR. Sementara untuk tempat ibadah, mari kita mencari solusi bersama masyarakat bergotong royong memperbaiki tempat ibadah,” katanya.
Ia mengatakan, potensi lain yang mungkin bisa diterapkan di desa ini selain tani cabai, cobalah menanam tebu. Tebu adalah tanaman yang membutuhkan sedikit air dan perawatan. Terlebih potensi tebu untuk dijual di Mataram tinggi.
“Es tebu banyak laku di Mataram dengan harga 5 ribu dengan kebutuhan tebu yang sedikit. Usaha ini bagus karena pasokan tebu di Mataram itu sudah habis atau sangat sedikit. Hampir tidak ada lahan di Mataram yang bisa dijadikan lahan tanam tebu. Jadi Desa Mumbul Sari bisa menjadi Pemasok Tebu utama untuk kota Mataram,” sarannya.
Sementara itu Kepala Bidang Perekonomian dan Sumber Daya Alam Bappeda NTB Iskandar Zulkarnain mengatakan, untuk pipa HDPE 6 Inch yang dibutuhkan oleh masyarakat bisa dibuatkan estimasi RAB dan masyarakat boleh mengajukan proposal ke Dinas PUPR Provinsi NTB atau Pemda KLU.