Diseminasi Dokumen Pembangunan Rendah Karbon dan Berketahanan Iklim

Dalam rangka pembahasan dokumen finalisasi Rencana Pembangunan Rendah Karbon dan Berketahanan Iklim (RPRKBI) di Provinsi NTB, Setyo Budi Waluyo, SP., MM Fungsional Perencana Ahli Muda Bappeda Provinsi NTB bersama Tim Bappeda NTB menghadiri kegiatan “Diseminasi Rencana pembangunan Rendah Karbon dan Berketahanan Iklim di Provinsi NTB”. Hotel Aruna Senggigi, Senin 22 Januari 2024.

Dihadiri tim penyusun antara lain dari akademisi Universitas Mataram (Unram), Peneliti BRIN, Akademisi Unlam, Islamic Relief, Konsepsi, dan Transform, kegiatan ini dibuka oleh Hairil Anwar Dosen Unram selaku koordinator. Menurutnya, kegiatan diseminasi hari ini merupakan tindak lanjut dari Konsultasi Publik bulan lalu. “Ada beberapa masukan dan revisi, kami harapkan masukan, karena hari ini targetnya finalisasi dokumen PRKBI, kami harap tim ahli dari setiap sektor,” ujarnya.

Diolah menggunakan system dynamic, sumber data dominan yang digunakan adalah data yang telah terupload dalam aplikasi AKSARA. Oleh karena itu hari ini, Hairil di dalam forum menyampaikan hasil dari hasil olahan dari berbagai sektor PRKBI.

Misalnya dari sektor limbah, untuk mencapai 32% penurunan emisi di tahun 2030 masih butuh upaya 4,7%. “Kebijakan Pembangunan Rendah Karbon dalam upaya penurunan emisi CO₂ Eq pada tahun 2022 -2030 didukung dengan interfensi Kebijakan PRK yang akan dilakukan antara lain: Kebijakan Peningkatan Pelayanan IPAL: aksi mitigasi Pengelolaan Limbah B3 (-2,7 %) dengan penurunan sebesar -94.634,77 (%) CO₂ Eq, Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik: aksi mitigasi Instalasi Pengelolaan Air Limbah Domestik (-2%) dengan penurunan sebesar -70.099,83 (%) CO₂ Eq,” ujarnya.

Sementara itu, sektor lainnya yaitu kehutanan. Menjadi sektor yang paling signifikan dalam penurunan emisi. Menggunakan data stock different, berbasis pada tutupan hutan. Tim menemukan bahwa pertanian lahan kering menjadi faktor terbesar menyebabkan deforestasi pada hutan lahan kering primer, setelahnya pertanian lahan kering campur.  Sehingga dalam strateginya, tim menginisiasi paling tidak 12 rencana operasional.  Antara lain; Pencegahan Deforestasi Mineral, Pencegahan Degradasi Konsesi, Pembangunan Hutan Tanaman, Penerapan Pengayaan Hutan Alam, Penerapan RIL-C, Peningkatan Cadangan Karbon Dengan Rotasi, Peningkatan Cadangan Karbon Tanpa Rotasi, Perlindungan Areal Konservasi Tinggi, dan Pengelolaan Mangrove.

Merespon ini, Budi sampaikan, diharapkan selesai pada akhir januari atau awal februari, oleh karena itu diantara minggu-minggu ini tim akan lakukan pertemuan finalisasi kembali. (Id)