Covid 19 DAN KDRT

Oleh: Lalu Suryadi S

Kabid Litbang Bappeda NTB

Jumlah kasus virus corona terus merangkak naik di seluruh dunia, terutama negara paling terjangkit. Berdasar data Worldometers Senin, 13 April 2020 pukul 02.26 GMT, jumlah kasus global dari 180 negara adalah 1.853.155 kasus dengan rincian sembuh 423,554 orang, meninggal 114,247 orang. Sementara di Indonesia Jumlah kasus 4.241 kasus, dengan rincian sembuh 359 orang dan meninggal 373 orang. Dan di Provinsi NTB jumlah kasus positif 37 kasus, dengan rincian sembuh 4 orang dan meninggal 2 orang

Wabah Covid 19 ini tidak hanya mengakibatkan adanya korban jiwa tetapi juga berdampak pada sector perekonomian. Berdasarkan laporan Asian Development Bank (ADB) dalam laporan berjudul “The Economic Impact of the Covid-19 Outbreak on Developing Asia,” memperkirakan wabah virus corona atau Covid-19, dapat menyebabkan kerugian ekonomi global sebesar USD 347 Miliar atau setara dengan Rp 4.944 Triliun (Rp 14.250 per USD). Nilai tersebut lebih besar 8,6 kali dibandingkan dengan kerugian ekonomi yang disebabkan oleh wabah SARS pada tahun 2013 yang mencapai USD 40 Miliar.

Disamping itu dampak lain yang juga harus mulai di antisipasi akibat dari Virus Corona atau Covid 19 ini adalah adanya dampak turunan sebagai akibat adanya kebijakan social distancing yang mengharuskan setiap orang untuk sebisa mungkin tidak keluar rumah atau tetap dirumah saja. Keharusan “dirumah saja” membuat banyak perusahaan atau instansi pemerintah meliburkan karyawan, sekolah diliburkan, tempat ibadah ditutup dan banyak lagi pembatasan lainnya dalam rangka mencegah meluasnya penyebaran covid 19 di tengah masyarakat.

Adanya berbagai kebijakan pembatasan oleh pemerintah tersebut diharapkan mampu menurunkan angka sebaran covid 19, bahkan bila perlu menghentikan bertambahnya kasus baru yang sudah sangat meresahkan masyarakat. Namun di sisi lain dengan adanya kebijakan dirumah saja tersebut tentu ada banyak hal yang juga harus mulai dipikirkan antisipasinya sehingga tidak menyebabkan adanya dampak negative lain yang justru muncul sebagai akibat dari kebijakan tersebut.

Sampai dengan saat ini beberapa permasalahan yang mulai timbul di masyarakat diantaranya adalah adanya kecenderungan semakin meningkatnya kasus KDRT dalam rumah tangga. Hal ini tentu bukan merupakan permasalahan yang tidak ada kaitannya dengan Covid 19, karena disamping wabah Covid 19 itu sendiri menimbulkan rasa takut dan was-was, sudah pasti kebijakan “dirumah saja” menyebabkan penghasilan akan menurun, terutama pada kepala keluarga yang sumber mata pencahariannya non formal. Sedangkan kebutuhan belanja keluarga justru terjadi peningkatan karena ada banyak sekali jenis pengeluaran baru yang harus di biayai untuk menghindari agar anggota keluarga bisa terhindar dari covid 19 seperti sanitizer, hand wash, vitamin, makanan yang lebih bergizi, masker dan banyak lagi tambahan pengeluaran lainnya yang berpeluang meningkatkan stress pada anggota keluarga. Peningkatan stress juga ditimbulkan oleh kewajiban orang tua untuk menggantikan peran guru di sekolah, karena tidak semua orang tua memiliki pendidikan yang cukup baik dan kesabaran untuk melaksanakan peran tersebut, sehingga banyak orang tua yang merasa tugas membantu anak untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan dari sekolah kepada anak sangat berat dan melelahkan. Selain itu, interaksi antar anggota keluarga yang selama ini paling bertemunya hanya pada malam hari, dengan adanya kebijakan “dirumah saja” tentu berubah menjadi setiap saat atau bisa dikatakan 24 jam selalu bersama dengan seluruh anggota keluarga. Manusia sebagai mahluk sosial, tentu sangat lumrah dan manusiawi jika suatu saat muncul rasa bosan, kadang-kadang juga karena kebersamaan yang setiap saat selalu saja ada bahasa verbal yang mungkin tidak layak untuk di ucapkan namun dikeluarkan sehingga berakibat pada adu mulut yang tidak terhindarkan yang kadang-kadang juga berkembang menjadi adu fisik dan melahirkan apa yang kita sebut sebagai Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Permasalahan tersebut tentu sangat mungkin timbul didalam rumah tangga karena stress yang meningkat akibat berbagai aktifitas yang terebut diatas, untuk itu perlu ada upaya antisipasi yang juga harus dipikirkan dan dilaksanakan baik oleh Pemerintah maupun oleh Masyarakat, seperti membantu mengurangi beban pengeluaran yang semakin meningkat, atau ada upaya siraman rohani oleh para pemuka agama yang lebih ditingkatkan melalui media informasi kepada masyarakat sehingga dapat meningkatkan pemahaman agama yang tentu juga akan berimbas pada peningkatan kesabaran dalam menghadapi cobaan dan ujian dalam hidup dan kehidupan dimasa-masa yang penuh dengan kesulitan ini.